Kurang efisien, transaksi ETF di pasar sekunder tak begitu aktif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya volatilitas di pasar keuangan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir dinilai bakal membuat produk exchange-traded fund (ETF) di pasar sekunder relatif sepi. Investor dianjurkan untuk melirik ETF di pasar primer atau reksadana indeks.

Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto menjelaskan, aktivitas ETF di pasar sekunder tidak akan begitu aktif karena dari sisi pricing atau harga belum cukup efisien seperti di pasar primer. Dia menambahkan, harga ETF di pasar primer menunjukkan empat angka di belakang koma dan selisih antara beli dan jual tipis, sementara harga di pasar sekunder menggunakan pembulatan dan selisih layaknya fraksi harga saham.

"Menurut kami lebih efisien di pasar primer, kalau investor ritel lebih baik beli reksadana indeks saja," kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Kamis (23/4).


Baca Juga: IHSG negatif, seluruh reksadana justru berhasil cetak kinerja positif

Adapun terkait kinerja ETF milik PAM yakni Reksa Dana Indeks Panin ETF IDX30 Dinamis (XPTD) diakui Rudiyanto masih relatif kecil. Bahkan, akibat penurunan harga saham, dana kelolaan dari satu-satunya produk ETF PAM itu turun menjadi Rp 8,2 miliar per 21 April 2020. Angka tersebut turun sebanyak 34,14% dari capaian Desember 2019 yakni Rp 12,45 miliar.

"Investor masih cenderung wait and see juga, atau mereka masuknya di reksadana konvensional. Selain itu (penurunan) ada faktor redemption juga," jelasnya.

Ke depan, Rudiyanto berharap prospek ETF masih akan positif dengan tren penyebaran virus corona atau Covid-19 yang sudah mencapai puncak. Untuk itu, kinerja ETF hingga akhir tahun bisa membaik.

Baca Juga: Gara-gara corona, dana kelolaan reksadana turun Rp 53 triliun dalam sebulan

Selain itu, PAM tidak menetapkan target khusus untuk pertumbuhan dana kelolaan produk ETF. Bahkan, Panin Asset Management belum berencana untuk merevisi target kinerja dan masih memantau perkembangan situasi dan kondisi pasar saat ini.

Dalam 2-3 bulan ke depan, dia memprediksi kinerja saham secara keseluruhan masih akan fokus pada puncak kurva Covid-19 terutama di Amerika Serikat. Dijelaskan bahwa saat ini ada tanda-tanda puncak kurva sudah terjadi dan mengalami penurunan, dan diyakini bakal menjadi sentimen positif.

Ditambah lagi, faktor harga yang lebih efisien di pasar primer menyebabkan kebanyakan peminat datang dari investor institusi karena kelipatannya Rp 50 juta. Apalagi, ETF memiliki fitur yang mirip dengan saham di mana produk bisa dibeli dan dijual pada hari yang sama.

Baca Juga: IHSG menghijau di pekan lalu, return reksadana cetak kenaikan

Rudiyanto juga menekankan, untuk berinvestasi ETF di pasar sekunder juga membutuhkan kecermatan dari investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati