KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membesarnya dana milik pemerintah daerah (pemda) yang mengendap di perbankan, yang tidak sejalan dengan realisasi belanja pemda yang lambat dinilai menjadi persoalan klasik. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M Rizal Taufikurahman menilai, fenomena lambatnya penyerapan anggaran daerah dan menumpuknya dana mengendap di perbankan menunjukkan adanya ketidakcocokan serius antara desain fiskal pusat dan daerah dengan kapasitas kelembagaan di level pemerintah daerah. Menurutnya, anggaran Transfer ke Daerah (TKD) secara prinsip dirancang untuk memperkuat ruang fiskal daerah, namun realisasinya sering kali tidak optimal karena persoalan klasik, yakni perencanaan yang kurang matang, proses pengadaan yang lamban, hingga keterbatasan kapasitas SDM birokrasi daerah dalam mengeksekusi program.
Kurang Perencanaan Matang, Dinilai Jadi Biang Kerok Penyerapan Belanja Pemda Lamban
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membesarnya dana milik pemerintah daerah (pemda) yang mengendap di perbankan, yang tidak sejalan dengan realisasi belanja pemda yang lambat dinilai menjadi persoalan klasik. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M Rizal Taufikurahman menilai, fenomena lambatnya penyerapan anggaran daerah dan menumpuknya dana mengendap di perbankan menunjukkan adanya ketidakcocokan serius antara desain fiskal pusat dan daerah dengan kapasitas kelembagaan di level pemerintah daerah. Menurutnya, anggaran Transfer ke Daerah (TKD) secara prinsip dirancang untuk memperkuat ruang fiskal daerah, namun realisasinya sering kali tidak optimal karena persoalan klasik, yakni perencanaan yang kurang matang, proses pengadaan yang lamban, hingga keterbatasan kapasitas SDM birokrasi daerah dalam mengeksekusi program.