KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Boeing, produsen pesawat terkemuka Amerika Serikat, mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 2.500 pekerja di negara bagian Washington, Oregon, Carolina Selatan, dan Missouri. Langkah ini merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk memangkas 17.000 pekerjaan, atau sekitar 10% dari total tenaga kerja globalnya, sebagai upaya mengurangi beban utang yang signifikan. Berikut adalah rincian lebih lanjut mengenai keputusan tersebut dan dampaknya terhadap tenaga kerja serta operasional perusahaan.
Baca Juga: Aksi Pamer Perangkat Keras Militer Terbaru Menggambarkan Ambisi China di Dunia Rincian PHK dan Lokasi yang Terdampak
Dari total pekerja yang terkena PHK, hampir 2.200 orang berada di negara bagian Washington, salah satu pusat produksi utama Boeing. Sekitar 220 pekerja lainnya berasal dari Carolina Selatan, di mana Boeing juga memproduksi pesawat komersial. Menurut pemberitahuan resmi yang diajukan sesuai dengan Worker Adjustment and Retraining Notification (WARN) Act, pekerja yang terdampak akan tetap berada dalam daftar gaji hingga 17 Januari 2024, sesuai dengan aturan yang mewajibkan pemberitahuan minimal 60 hari sebelum pemberhentian kerja. Boeing mengindikasikan bahwa PHK ini bukan langkah terakhir. Putaran pemutusan kerja tambahan kemungkinan besar akan terjadi pada Desember 2024. Selain PHK, perusahaan juga mempertimbangkan pengurangan tenaga kerja melalui pengurangan karyawan secara alami, seleksi dalam perekrutan, dan penjualan anak perusahaan.
Dampak pada Tenaga Kerja Teknik dan Produksi
Langkah ini tidak hanya berdampak pada pekerja lini produksi tetapi juga pada staf teknik dan profesional. Berdasarkan laporan Society of Professional Engineering Employees in Aerospace (SPEEA), 438 anggota serikat mereka menerima pemberitahuan PHK, terdiri atas 218 insinyur dan 220 teknisi. Sementara itu, International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM) melaporkan bahwa 111 anggota mereka di St. Louis, sebagian besar dari divisi pembuatan komponen sayap untuk pesawat 777X, juga terkena dampak.
Baca Juga: Spirit AeroSystems Dapat Bantuan Dana Segar dari Boeing dan Airbus PHK ini menimbulkan keraguan mengenai prioritas pengurangan tenaga kerja di dalam Boeing. Beberapa pekerja melaporkan bahwa keputusan tersebut tampaknya tidak seragam, dengan beberapa tim mengalami pemotongan signifikan sementara tim lain relatif tidak terpengaruh.
Penyebab dan Latar Belakang Keputusan
PHK ini terjadi di tengah upaya Boeing untuk kembali meningkatkan produksi pesawat 737 MAX, salah satu produk terlarisnya, yang sebelumnya terganggu akibat pemogokan pekerja di Pantai Barat Amerika Serikat. Pemogokan tersebut melibatkan lebih dari 33.000 pekerja dan menghentikan produksi sebagian besar pesawat komersial Boeing. Keputusan ini juga mencerminkan strategi yang diumumkan oleh CEO baru Boeing, Kelly Ortberg, yang menegaskan bahwa perusahaan tidak berniat memindahkan pekerja dari lini produksi atau laboratorium tekniknya. Namun, keputusan untuk merumahkan beberapa ratus pekerja di divisi teknik dan produksi menunjukkan tantangan yang dihadapi Boeing dalam menyeimbangkan efisiensi biaya dengan mempertahankan kapasitas produksi.
Baca Juga: Aksi Pamer Perangkat Keras Militer Terbaru Menggambarkan Ambisi China di Dunia Reaksi Pasar dan Prospek Masa Depan
Meskipun kabar ini mengejutkan banyak pihak, saham Boeing justru mengalami kenaikan 2,6% pada penutupan perdagangan hari Senin, mencapai harga US$143,87. Hal ini menunjukkan bahwa investor mungkin memandang langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mengamankan stabilitas keuangan perusahaan. Namun, keputusan PHK dalam skala besar dapat berdampak negatif terhadap moral tenaga kerja yang tersisa dan memperpanjang waktu pemulihan perusahaan, terutama dalam menghadapi persaingan di pasar global.
Editor: Handoyo .