Kurangi beban utang, TBLA siapkan obligasi Rp 2 T



JAKARTA. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berencana meremajakan profil utang. Emiten perkebunan tersebut akan merilis obligasi senilai US$ 200 juta atau setara Rp 2,67 triliun.

Rencananya, Obligasi ini akan dicatat dan diperdagangkan di Singapore Exchange Securities Trading limited (SGX-ST). TBLA akan menggelar RUPSLB pada 10 April 2017 mendatang guna meminta persetujuan pemegang saham terkait aksi korporasi ini.

"Ini untuk reprofiling utang perusahaan," ujar Hardy, Sekretaris Perusahaan TBLA, Jumat (3/3). Ia masih enggan merinci detail terkait emisi obligasi baru itu.


Namun, mengutip laporan keuangan TBLA kuartal III-2016, perseroan memiliki obligasi yang akanjatuh tempo pada 5 Juli 2017. Obligasi tersebut adalah, Obligasi II Tunas Baru Lampung Tahun 2013 senilai Rp 1 triliun. Obligasi itu diterbitkan perseroan pada 25 Juni 2012 dan memiliki bunga tetap sebesar 10,5% setiap tahun. Pefindo mengganjar obligasi tersebut dengan rating single A.

Dengan dirilisnya emisi baru itu, maka diharapkan beban kewajiban perseroan akan berkurang. "Karena obligasi ini akan mengubah kewajiban dari jangka pendek dan menengah ke jangka panjang," imbuhnya.

Selain untuk refinancing, sebagian emisi obligasi nantinya juga akan digunakan untuk modal kerja, terutama untuk anak usahanya. Jadi, nanti hasil penerbitan obligasi itu akan didistribusikan kepada anak dalam bentuk setoran modal atau pinjaman antar perusahaan (intercompany loan).

Seperti diketahui, TBLA melalui anak usahanya, PT Adikarya Gemilang, akan membangun pabrik gula senilai US$ 103 juta atau setara Rp 1,2 triliun.

Ihwal atas rencana ekspansi ini lantaran selama ini bisnis gula TBLA hanya di sektor hulu, yakni memproduksi tebu yang dijual ke pabrik gula. Margin dari transaksi ini terbilang kecil.

Dengan memiliki pabrik gula sendiri, TBLA dapat meningkatkan margin keuntungan. Perseroan menargetkan bisnis gula ini dapat berkontribusi sekitar 30% dari total pendapatannya. Tahun ini, TBLA menargetkan pendapatan sebesar Rp 7,5 triliun.

Oleh karena itu, dalam rangka ekspansi tersebut, perseroan membutuhkan tambahan modal kerja. Dalam usaha untuk mengurangi kewajiban yang dimiliki saat ini dan juga mengembangkan usaha, maka TBLA memerlukan pembiayaan untuk menurunkan kewajiban perseroan dan pengembangan usaha tersebut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini