Kurangi energi fosil di pembangkit listrik, begini lima strategi pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Energi fosil hingga kini masih mendominasi dalam bauran energi di Indonesia. Kendati begitu, sejalan dengan dunia global, Pemerintah menyebut akan terus mendorong upaya pengurangan emisi gas rumah kaca melalui efisiensi energi.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana mengakui bahwa hingga saat ini batubara masih berlimpah dan secara ekonomis menjadi pilihan utama dalam pemenuhan energi listrik. Kata dia, ketergantungan energi fosil masih tinggi, tapi pemerintah akan menjalankan komitmen ke masyarakat global untuk menggunakan energi fosil secara lebih bersih.

"Kami melakukan transisi untuk energi yang kami pakai agar lebih bersih, berkelanjutan, kompetitif, dan bisa diterima oleh masyarakat sendiri dan masyarakat global,” kata Rida sebagaimana yang dilansir di situs Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM seperti dikutip Kontan.co.id, Jumat (11/12).


Baca Juga: Persiapan MotoGP, PLN targetkan SUTT 150 kV Mataram-Incomer rampung pertengahan 2021

Rida menjelaskan setidaknya ada lima hal yang dilakukan Pemerintah untuk membuat energi fosil menjadi lebih bersih. Pertama, meneruskan co-firing dengan mencampurkan biomassa untuk bahan bakar PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). 

Kedua, dengan menerapkan Clean Coal Technology (CCT) untuk pembangkit baru dan beberapa sudah diterapkan. Ketiga, melanjutkan langkah lainnya adalah menjajaki penerapan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). 

“Beberapa PLTU yang sudah tua dan berumur 30 tahun dan dinilai sudah tidak lagi efisien dan sangat mahal maka kita akan menutupnya. Kita juga mempertimbangkan menjalankan moratorium PLTU baru, kita membatasi PLTU baru di Jawa dan mendorong pembangunan PLTU di mulut tambang,” sambung Rida.

Editor: Anna Suci Perwitasari