KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menyatakan pemerintah masih merumuskan strategi pembiayaan untuk tahun depan. Rencananya, pemerintah akan lebih banyak menerbitkan SBN dalam rupiah. “Ya, kami naikkan SBN rupiahnya. Meski di rupiah juga investor asing masih masuk, tetapi sekarang momennya bagus, minat asing sedang kurang,” ujar dia di Gedung DPR RI, Kamis (20/9). Ia mengatakan, hal ini akan dilakukan bersamaan dengan dikuranginya porsi SBN valas dalam penerbitan SBN yang biasanya 20%.
“Investor asingnya kepemilikannya ingin kami kurangi supaya investor domestik itu bisa lebih dominan dari saat ini,” ucap dia. Oleh karena itu, porsi SBN rupiah yang biasanya 80% akan ditingkatkan. “Bagaimana naikkan porsi investor domestiknya? Paling bisa, ya tingkatkan SBN rupiah,” kata Scenaider. Ia menjelaskan, pemerintah berencana untuk turunkan pelan-pelan jumlah investor asing di SBN. Namun, pemerintah belum bisa memasang target jangka pendek untuk pengurangannya. “Kami realistis juga apa tahun depan investor domestik kita sudah siap mengisi pembiayaan. Kalau kami perhatikan pasar domesik, marketnya belum jalan. Investornya belum taruh duit,” jelasnya. Ia menambahkan, bila pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih berlanjut hingga tahun depan, pemerintah berencana mengutamakan penerbitan SBN valas yang berdenominasi euro dan yen ketimbang dollar AS. “Tahun depan masih open semua, tapi marketnya tidak tahu. US Treasury naik-naik terus. Nanti kami lihat lagi,” ujarnya. Dalam RAPBN 2019 yang disepakati antara pemerintah dan Banggar DPR RI, defisit APBN diperkirakan di angka 1,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau lebih kecil dari outlook tahun ini yang sebesar 2,12%. Defisit itu harus ditutup dengan pembiayaan utang yang ditargetkan sebesar Rp 359,12 triliun dari yang dalam nota keuangan RAPBN 2019 sebelumnya ditargetkan Rp 359,27 triliun.
Jumlah pembiayaan utang yang sedikit turun dari usulan dalam nota keuangan sebelumnya lantaran adanya perubahan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dollar AS menjadi Rp 14.500 per dollar AS. Di dalamnya, porsi SBN neto dalam RAPBN 2019 ditargetkan sebesar Rp 386,2 triliun. Jumlahnya ini tidak berubah dari nota keuangan RAPBN 2019. Adapun, pinjaman neto yang jumlahnya menjadi minus Rp 27,09 triliun dari yang sebelumnya minus Rp 26,93 dalam nota keuangan. Rinciannya, pinjaman dalam negeri neto sebesar Rp 482,4 triliun dan pinjaman luar negeri neto sebesar Rp 27,57 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi