KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Danamon Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih setelah pajak Rp 2,01 triliun pada semester I-2018. Jumlah ini turun 1,37% dari capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,03 triliun. Direktur Keuangan Bank Danamon Satinder Ahluwalia mengatakan, kendati laba turun, hal tersebut masih terbilang stagnan. Meski tidak merinci secara detail, penurunan laba tersebut menurut Satinder disumbang dari penurunan portofolio penyaluran kredit mikro perseroan. "Laba bersih sebenarnya bukan turun tapi stabil, ini karena portofolio mikro turun. Kalau ada penurunan portofolio ini maka
revenue (pendapatan) jadi tidak bisa naik. Tapi untuk segmen lain sebenarnya naik," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (25/7).
Menurutnya, penurunan portofolio mikro Bank Danamon berkisar antara Rp 3 triliun-Rp 4 triliun. Catatan perseroan sampai akhir Juni 2018 total penyaluran kredit mikro sebesar Rp 4,5 triliun, jauh lebih rendah dari posisi setahun lalu yang mencapai Rp 7 triliun-Rp 8 triliun. Bank Danamon sengaja menurunkan porsi kredit mikro, lantaran ingin memilih untuk fokus ke segmen andalan perseroan yakni
non-mass market seperti usaha kecil dan menengah (UKM), pembiayaan perumahan, dan pembiayaan kendaraan bermotor. Laba bersih Bank Danamon antara lain disumbang dari kredit dan
trade finance perseroan yang tumbuh 4% secara tahunan atau year on yaer (yoy) menjadi Rp 133,9 triliun pada semester I-2018 dibandingkan semester I-2017 yang sebesar Rp 128,3 triliun. Bila dirinci, kredit pada segmen UKM tumbuh 14% menjadi Rp 30,4 triliun. Sementara kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 40% menjadi Rp 6,9 triliun. Kredit tersebut juga disumbang dari pembiayaan kendaraan bermotor lewat anak usaha Danamon yakni Adira Finance sebesar Rp 48,1 triliun atau tumbuh 8% yoy. Pembiayaan baru Adira Finance yang menyumbang kepada kinerja perseroan yakni roda dua 14% dan 26% untuk roda empat secara tahunan. "Di luar pembiayaan mikro, total portofolio kredit dan
trade finance tumbuh 8% menjadi Rp 129,4 triliun dibandingkan setahun sebelumnya," tambah Satinder. Disamping itu, pertumbuhan pendanaan Bank Danamon juga didorong oleh penguatan pada dana murah atau
current account and saving account (CASA) yang naik 9% menjadi Rp 50,9 triliun. Peningkatan ini juga mendorong pertumbuhan rasio CASA perseroan menjadi 48,2% dari periode tahun sebelumnya 44,3%. Sebaliknya, walau dana murah meningkat, posisi dana mahal atau depostio Bank Danamon justru turun 7% menjadi Rp 54,5 triliun. "Bank Danamon melakukan pelepasan dana mahal, untuk menjaga struktur pendanaan yag lebih baik dan menghasilkan biaya dana (
cost of fund) yang lebih rendah, serta membangun fondasi yang baik untuk pertumbuhan ke depannya," imbuhnya. Adapun, posisi
loan to funding ratio (LFR) perseroan pada paruh pertama tahun 2018 tercatat naik dari 89,6% menjadi 94,1%. Selain didorong dari pertumbuhan kredit, Bank Danamon menjelaskan pertumbuhan biaya atau
fee income juga turut mendongkrak pencapaian laba bersih. Tercatat
fee income (tidak termasuk
fee terkait kredit) Bank Danamon sebesar Rp 609 miliar pada kuartal II-2018 atau tumbuh sebesar 8% secara yoy. Kenaikan tersebut didukung oleh kontribusi
net underwriting profit Adira Insurance yang tumbuh 19% menjadi Rp 299 miliar. Serta
fee income bancassurance yang tumbuh 4% menjadi Rp 166 miliar. Dus, pendapatan bunga bersih Bank Danamon tercatat naik 2% menjadi Rp 7,2 triliun. Sementara pendapatan non bunga (
non interest income) turun 7% dari Rp 1,71 triliun menjadi Rp 1,6 triliun di semester pertama tahun ini. Lebih lanjut, Bank Danamon juga menilai kualitas aset pada paruh pertama masih terjaga seiring dengan pengelolaan risiko,
collection dan
recovery credit yang baik. Hal ini menurut perseroan terlihat dari kredit dalam perhatian khusus yang membaik 240 basis poin (bps) menjadi 11,8% dari 14,2%. Walaupun, secara
gross, rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) Bank Danamon sedikit naik dari 3,2% menjadi 3,3% pada paruh pertama 2018 secara tahunan. Rasio keuangan lain yang juga mengalami penurunan terlihat dari posisi margin bunga bersih alias
net interest income (NIM) yang susut dari 9,3% per kuartal II-2017 menjadi 9,2% di kuartal II-2018.
Satinder menjelaskan, penurunan NIM tersebut utamanya ditopang dari kenaikan bunga deposito guna menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). "Kami sudah naikkan bunga deposito, beberapa naik 25 bps-40 bps. Tapi untuk bunga kredit kami harus lihat dulu kompetitor, tidak bisa langsung ikut naik," jelasnya. Sampai akhir tahun, setidaknya Bank Danamon optimistis dapat menjaga NIM di kisaran 9%. Sedangkan untuk pertumbuhan kredit, Danamon yakin dapat mencatat pertumbuhan 8% -10% pada penghujung tahun nanti. Target tersebut menurut Satinder lebih optimistis dibandingkan target awal tahun Bank Danamon 4%-6%. "Saya rasa semester II ini akan lebih baik, terutama kami memang sudah sampaikan bahwa akan ada rencana sinergi bisnis dengan MUFG, jadi kesempatannya besar. Tapi, itu baru bisa dilihat setelah kami mendapatkan izin dari OJK," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi