KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JAKARTA. Mata uang Dollar Amerika Serikat (US$) kembali mengalami pelemahan pada awal pekan ini. Kurs dollar AS mencapai level terendah tujuh bulan terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Pada perdagangan valuta asing di pasar Asia dollar juga sebelum stabil. Bahkan mata uang Yen tengah menjadi fokus khusus karena menjadi ajang taruhan para pedagang. Bank of Japan akan mengkaji kebijakan kontrol hasil lebih lanjut.
Sementara kurs mata uang Euro terhadap dollar juga mencapai puncak baru sembilan bulan di US$ 1,0874 pada awal perdagangan Senin (16/1) sebelum mundur untuk bertahan 0,16% lebih rendah di US$ 1,0816. Sementara kurs dollar Australia terhadap Dollar AS menembus level kunci US$ 0,7000 untuk pertama kalinya sejak Agustus, sebelum turun kembali ke US$ 0,6962. Dengan adanya penguatan Yen di awal pekan terhadap sterling dan Yen Jepang, indeks dollar yang menggambarkan kurs
greenback terhadap mata uang utama tercatat merosot terendah tujuh bulan di 101,77. Melemahnya indeks dollar ini memperpanjang aksi jualnya dari minggu lalu setelah data menunjukkan bahwa harga konsumen AS turun. untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2 setengah tahun terakhir pada bulan Desember 2022 lalu. Dengan catatan meredanya inflasi sejak mengalai tertinggi sejak puluhan tahun di negara dengan perekonomian terbesar dunia maka menunjukkan ekonomi AS menuju tanda-tanda pendinginan. Investor sekarang semakin yakin bahwa Fed mendekati akhir siklus menaikkan suku bunga acuan, dan perkiraan pasar kenaikan suku bunga tidak akan setinggi dari yang dikhawatirkan oleh pasar sebelumnya. Seperti kita tahu, kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh The Fed telah menjadi pendorong utama lonjakan indeks dollar hingga mencapai 8% tahun lalu. Lonjakan ini seiring belum adanya tanda-tanda bahwa inflasi memuncak di AS akan kembali turun. Dollar sebagian besar diperdagangkan stabil terhadap sebagian besar mata uang sejak data minggu lalu. Samy Chaar, kepala ekonom di Lombard Odier. seperti dikutip
Reuters menyebutkan, saat ini terlalu dini untuk membayangkan tren penurunan dollar yang signifikan. "Kami pasti telah mengalami beberapa
repricing dollar, tetapi untuk kelemahan dollar berbasis luas, Anda harus benar-benar melihat ekspektasi Fed berguling secara material, dan Fed berpotensi memangkas suku bunga di beberapa titik, dan kita tidak pada titik ini," katanya. Sebagai gambaran saat ini 91% pelaku pasar memperkirakan ada peluang The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ada keputusan rapat kebijakan moneter bulan Februari mendatang. Sementara hanya 9% pelaku pasar yang memprediksi kenaikan 50 basis poin. Kurs dollar AS pada perdagangan di Eropa, kembali menguat terhadap poundsterling yang terakhir turun 0,3% di US$ 1,2195.
Tantangan Bank of Japan
Sementara fokus khusus untuk pasar mata uang pada minggu ini adalah yen Jepang. Sebab saat ini spekulasi bahwa Bank of Japan akan melakukan penyesuaian lebih lanjut, atau sepenuhnya mengabaikan, kebijakan pengendalian imbal hasil pada pertemuan yang dijadwalkan berakhir Rabu ini. Dollar tergelincir ke level terendah lebih dari tujuh bulan pada yen di awal perdagangan, sebelum pulih dan terakhir di 128,4 yen, naik 0,4%.
Ray Attrill, kepala strategi FX di Bank Australia Nasional (NAB) menyebut seluruh dunia akan fokus pada hari Rabu dan mungkin Minggu ini pada G10 (mata uang) akan ditentukan oleh apa yang terjadi pada yen dan persilangan yen. "Saya tidak berpikir (BOJ) memiliki waktu untuk mengatakan bahwa mereka akan menilai dan menunggu sampai Q2 atau Kuroda untuk melihat masa jabatannya tanpa membuat perubahan lebih lanjut," katanya. Seperti kita tahu Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda akan mengundurkan diri pada bulan April. Investor telah menekan BOJ untuk beralih dari kebijakan moneter ultra-longgar, yang menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun Jepang melanggar batas atas baru bank sentral untuk dua sesi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Syamsul Azhar