KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang libur, tekanan pada nilai tukar rupiah masih besar. Apalagi kemarin kurs rupiah spot ditutup lebih tinggi daripada Rp 14.200 per dolar Amerika Serikat (AS). Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf memproyeksikan rupiah melemah ke rentang Rp 14.170 per dolar AS-Rp 14.300 per dolar AS pada Rabu (23/12). "Ketidakpastian mutasi virus masih memberatkan rupiah, apalagi dari dalam negeri reshuffle kabinet juga menimbulkan ketidakpastian," kata Alwi. Jelang libur panjang pelaku pasar juga cenderung tidak mau masuk ke pasar apalagi tengah kondisi ketidakpastian seperti saat ini. Sementara ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan BI akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Josua memproyeksikan rupiah hari ini di Rp 14.150 per dolar AS hingga Rp 14.250 per dolar AS.
Alwi mengatakan rupiah berbalik melemah karena pelaku pasar kembali khawatir atas ditemukannya strain virus corona di Inggris. Kekhawatiran pelaku pasar tergambar dari Inggris yang kembali menerapkan lockdown dan membatasi perjalanan masuk dan keluar dari negara tersebut. Baca Juga: Safe haven emas lebih menarik dilirik ketimbang dolar AS Kekhawatiran ini merembet pada redupnya optimisme pemulihan ekonomi global setelah vaksin Covid-19 ditemukan. "Aset berisiko cenderung melemah termasuk rupiah sementara dana banyak dialihkan ke safe haven seperti dolar AS," kata Alwi, Selasa (22/12). Selain itu, Alwi mengatakan strain baru virus corona juga mengurangi optimisme pelaku pasar pada stimulus AS. Secara teori stimulus AS seharusnya bisa melemahkan dolar AS. Namun, Alwi mengamati sentimen stimulus AS sudah diantisipasi pasar (priced in). Selain itu, stimulus AS senilai US$ 900 miliar juga berada di bawah ekspektasi pelaku pasar. Sebelumnya, pemerintah AS sempat merencanakan nilai stimulus sebesar US$ 2,2 triliun yang kemudian juga sempat direncanakan turun di US$ 600 miliar.