Kurs Rupiah Berpotensi Menguat Sepekan Mendatang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah spot melemah 0,5% ke Rp 15.328 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan hingga Jumat (8/9). Sedangkan kurs rupiah Jisdor melemah 0,58% sepekan ke Rp 15.341 per dolar AS dari akhir pekan lalu.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pekan depan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.250 per dolar AS-Rp 15.375 per dolar AS dengan potensi menguat. Ini seiring dengan rilis data China seperti inflasi, penjualan ritel, dan produksi industri bulan Agustus yang diproyeksikan meningkat.

Rilis beberapa data ekonomi AS seperti inflasi, penjualan ritel, dan produksi industri, serta sentimen konsumsi diperkirakan akan cenderung bervariasi. "Inflasi inti AS diperkirakan menurun, sedangkan inflasi umum diperkirakan meningkat," kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (8/9).


Baca Juga: IHSG Turun 0,76% Sepekan Diiringi Net Sell Asng Rp 1,61 Triliun

Pengamat mata uang dan komoditas Lukman Leong memproyeksikan pergerakan rupiah pada rentang Rp 15.200 per dolar AS-Rp 15.450 per dolar AS dengan kecenderungan melemah.

Lukman menambahkan, pelemahan rupiah sepanjang pekan ini karena tertekan oleh rally dolar AS dan kekhatiran perlambatan di kawasan Asia terutama China.

Untuk pekan depan, sentimen tersebut masih akan berlanjut. Menurut Lukman, investor mengantisipasi data inflasi AS dan data perdagangan Indonesia.

"Rally dolar AS diperkirakan masih akan berlanjut hingga FOMC September," kata Lukman.

Baca Juga: Ketidakpastian Global Bikin Otot Rupiah Loyo 0,98% per Agustus 2023

Josua mengatakan, rupiah bergerak sideways di perdagangan terakhir pekan ini setelah rilis data ketenagkerjaan AS yang secara mengejutkan masih mencatatkan tren positif. Selain itu, initial jobless claims turun menjadi 216.000 dari sebelumnya 229.000 dan lebih rendah dari ekspektasi sebesar 233.000 yang merupakan level terendah sejak bulan Februari 2023.

Sementara itu, biaya unit tenaga kerja naik menjadi 2,2% dari sebelumnya 1,6%, mengindikasikan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi di AS. The Fed, sebelumnya menyatakan bahwa arah kebijakannya sangat dipengaruhi oleh kondisi data terkini perekonomian AS. Sehinga pergerakan dolar AS berfluktuasi pasca rilis data tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati