Kurs rupiah dan bahan baku bebani laba ALKA



JAKARTA. Laba PT Alakasa Industrindo (ALKA) turun dari Rp 6,26 miliar pada 2012 menjadi Rp 4,72 miliar pada 2013. Penurunan ini dianggap lumrah karena pada 2013 ada tekanan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan harga bahan baku. 

Produsen produk alumunium ini memang membeli bahan baku dengan menggunakan mata uang dollar AS, sedangkan penjualannya dengan nilai rupiah. “Itu lah sebabnya. Saya rasa semua perusahaan mengalami hal yang sama pada tahun lalu,” kata Wakil Direktur ALKA, Peng Tjoan, Jumat (6/6). Akibat dua masalah itu maka pendapatan Alakasa yang naik pada tahun lalu dari Rp 836 miliar pada 2012 menjadi Rp 1,09 tiliun tidak terimbas ke laba.

Untuk tahun ini, Peng Tjoan yakin laba perusahaannya akan naik. Kenaikan itu diperlihatkan dari realisasi pada kuartal I 2014 yang juga naik. Pada tiga bulan pertama tahun ini pendapatan ALKA tumbuh 60,9% dibanding periode sama tahun lalu. Untuk mencapai target perusahaan ini juga menyiapkan produk baru. Saat ini pabrik ALKA yang berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung mempunyai kapasitas produksi sebanyak 1.703 matrik ton per bulan.


Sampai dengan Maret 2014 ALKA berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 243,3 miliar. Sedangkan di periode yang sama tahun lalu hanya Rp 151,49 miliar. Penjualan didominasi oleh pasar domestik sebesar Rp 23,40 miliar. Pada periode yang sama laba perusahaan ini naik menjadi Rp 11,1 miliar naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 953,83 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa