KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah diproyeksi melemah di perdagangan awal pekan, Senin (4/11). Kurs rupiah berpotensi koreksi seiring antisipasi hasil Pilpres Amerika Serikat (AS). Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong memperkirakan, rupiah bakal melemah di perdagangan Senin. Hal itu karena melihat dolar tetap tangguh, walaupun data pekerjaan AS yakni
Non Farm Payroll (NFP) dan ISM Manufaktur lebih lemah dari perkiraan. “Investor mengantisipasi pilpres AS minggu depan yg apabila dimenangkan oleh Trump akan berpotensi menguatkan dolar AS lebih jauh,” imbuh Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/11).
Selain itu, Lukman menambahkan bahwa investor turut menantikan hasil pertemuan FOMC Federal Reserve (The Fed) yang membahas keputusan suku bunga.
Adapun FOMC bakal digelar 6-7 November, sedangkan Pilpres AS digelar pada 5 November mendatang. Dari domestik, investor mengantisipasi data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal ketiga yang diperkirakan menunjukkan pertumbuhan lebih lambat secara kuartalan menjadi 1,6% dibandingkan kuartal sebelumnya 3,79%. Berdasarkan jadwal, data PDB Indonesia akan dipublikasikan pada 5 November.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,54% dalam Sepekan, Simak Proyeksinya untuk Awal Pekan Depan Lukman memaparkan, sepekan ini rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS setelah data tenaga kerja AS Jolt, ADP dan klaim pengangguran lebih kuat dari perkiraan. Rupiah juga tertekan oleh data yang menunjukan inflasi Indonesia kembali turun, memicu meningkatnya potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI). Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan,
The Fed kemungkinan akan melanjutkan pemotongan biaya pinjaman jangka pendek AS sebesar seperempat poin persentase di pertemuan minggu depan. Pelaku pasar yang melihat peluang pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) mencapai sekitar pada 94,7%. Besaran pemangkasan suku bunga yang lebih rendah itu sejalan dengan data hari Kamis lalu yang menunjukkan belanja konsumen AS meningkat sedikit lebih banyak dari yang diharapkan pada bulan September. Sehingga, menempatkan ekonomi AS pada lintasan pertumbuhan yang lebih tinggi menuju tiga bulan terakhir tahun ini. Di sisi lain, dolar lebih tangguh karena konflik yang masih bersitegang di Timur Tengah.
Intelijen Israel mengisyaratkan Iran tengah bersiap menyerang Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, mungkin sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November Dari domestik, rupiah dipengaruhi kekhawatiran deflasi mungkin bisa kembali terjadi di waktu mendatang. Seperti diketahui, Indonesia mencatat inflasi sebesar 1,71% secara tahunan (YoY) dan 0,08% secara bulanan (MtM) pada Oktober 2024, mengakhiri tren deflasi lima bulan beruntun. “Di perdagangan Senin depan, mata uang rupiah akan fluktuatif, namun ditutup melemah,’’ kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (1/11). Menurut Ibrahim, rupiah kemungkinan melemah di rentang Rp 15.720 – Rp 15.790 per dolar AS, pada perdagangan Senin (4/11). Sedangkan, Lukman memperkirakan rupiah melemah di kisaran Rp 15.700 – Rp 15.850 per dolar AS. Adapun di akhir perdagangan pekan ini, Jumat (1/11), Rupiah spot ditutup melemah 0,54% ke Rp 15.732 per dolar AS. Sementara di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,60% ke Rp 15.723 per dolar AS dalam sepekan. Secara harian, Rupiah Jisdor melemah 0,11% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.705 per dolar AS. Pergerakan rupiah di Jisdor BI sejalan dengan rupiah spot yang melemah 0,22% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.698 per dolar AS.
Baca Juga: Cermati Sektor-Sektor Menarik di Musim Laporan Keuangan Kuartal III 2024 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati