KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diproyeksi menguat pada perdagangan Senin (8/7). Penguatan mata uang garuda di awal pekan akan didukung melemahnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Mengutip
Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,32% ke posisi Rp 16.278 per dolar AS. Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,18% ke level Rp 16.312 per dolar AS. Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mencermati, rupiah ditutup menguat terhadap dolar AS yang melanjutkan pelemahan karena investor mengantisipasi data pekerjaan
Non Farm Payroll (NFP) akan melemah pada Jumat (5/7) malam.
Dolar AS juga tertekan data lemah ADP Employement Change dan klaim pengangguran yang dirilis sebelumnya. Dari domestik, kenaikan cadangan devisa (cadev) turut mendukung rupiah.
Baca Juga: Awal Juli 2024, BI Catat Aliran Modal Asing Masuk Rp 8,34 Triliun Adapun data NFP Amerika terpantau meningkat 206.000 pekerjaan pada Juni 2024. Sementara, data untuk Mei 2024 direvisi turun dengan penambahan pekerjaan sebesar 218.000 dibandingkan dengan 272.000 yang dilaporkan sebelumnya. "Rupiah berpotensi melanjutkan penguatan, apabila NFP Amerika lebih lemah atau paling tidak sesuai perkiraan," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7). Hanya saja, Lukman melihat, penguatan rupiah kemungkinan akan terbatas. Sebab, investor cenderung berhati-hati mengantisipasi data inflasi AS yang akan dirilis Kamis (11/7). Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, indeks dolar merosot di akhir pekan akibat perdagangan yang sepi karena hari libur Amerika. The greenback juga ditekan meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga.
Baca Juga: Rupiah Berpeluang Menguat Pada Senin (8/7), Simak Sentimen Pendorongnya Ibrahim melihat, fokus pasar kemudian tertuju pada data utama
non farm payrolls AS untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga. Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan kemungkinan lebih dari 66% The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan September. "Data NFP akan memberikan isyarat yang lebih pasti mengenai pasar tenaga kerja Amerika, yang juga menjadi perdebatan utama bagi The Fed dalam menurunkan suku bunga," ujar Ibrahim dalam risetnya, Jumat (5/7).
Dari dalam negeri, Ibrahim melanjutkan, penguatan rupiah didukung cadangan devisa Indonesia meningkat. Pada akhir Juni 2024, cadev Indonesia tercatat sebesar US$140,2 miliar, meningkat dibandingkan posisi akhir Mei 2024 sebesar US$139,0 miliar. Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Menurut Ibrahim, mata uang rupiah kemungkinan ditutup menguat pada rentang Rp 16.220 per dolar AS-Rp 16.320 per dolar AS di perdagangan Senin (8/7). Sedangkan, Lukman memperkirakan rupiah akan menguat dalam rentang Rp 16.200 per dolar AS-Rp 16.300 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati