KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah stagnan pada perdagangan Selasa (12/4). Pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis hari ini. Kurs rupiah di pasar spot ditutup stagnan ke Rp 14.366 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/4). Sedangkan, rupiah Jisdor menguat 0,04% ke Rp 14.364 per dolar AS. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan, dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya di perdagangan Selasa (12/4). Kenaikan ini didukung oleh imbal hasil tinggi menjelang data inflasi yang akan dirilis hari ini juga meningkatkan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Pada Perdagangan Rabu (13/4) "Imbal hasil jangka panjang AS juga melanjutkan tren kenaikan, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun patokan mencapai 2,836%, tertinggi sejak Desember 2018.
Yield US Treasury 30-tahun juga naik menjadi 2,86%, tertinggi sejak Mei 2019," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id. Sementara dari sisi Internal, Ibrahim mengatakan datang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan ancaman kesehatan masyarakat dan juga berpengaruh signifikan terhadap perekonomian di semua negara. Oleh karena itu, selain berfokus pada penanganan kesehatan dan perlindungan masyarakat pemerintah juga harus melakukan upaya pemulihan ekonomi setelah mengalami guncangan akibat pandemi.
Baca Juga: IHSG Naik Tipis ke 7.214 Hingga Akhir Perdagangan Selasa (12/4) Respons pertama pada waktu pandemi ini dari sisi fiskal adalah menghapus batasan defisit maksimal 3% dari PDB, yang sudah diadopsi selama lebih dari 15 tahun. Namun agar Indonesia terus menjaga disiplin di sisi fiskal, penghapusan batasan ini hanya diperbolehkan selama tiga tahun yang diatur melalui undang-undang. Sedangkan untuk respons kedua pemerintah melakukan
refocusing anggaran. Sri Mulyani menekankan pentingnya fleksibilitas anggaran dalam mengakomodasi kebutuhan belanja negara terhadap penanganan Covid-19 karena situasi pandemi masih penuh dengan ketidakpastian. Kemudian respons pemerintah yang ketiga adalah penerapan
burden sharing. Ini dilakukan antar Kementerian/Lembaga yang harus melakukan pemotongan anggaran yang tidak prioritas dan terkait langsung dengan penanganan pandemi Covid-19.
Baca Juga: Bursa Asia Bergerak Variatif Menjelang Rilis Data Inflasi AS Selain respons tersebut, Bendahara Negara juga menegaskan pentingnya dukungan pemerintah terhadap pemulihan ekonomi. Pada saat dilanda pandemi, pemerintah menyadari bahwa para pelaku usaha perlu diberikan dukungan, salah satunya adalah melalui relaksasi pembayaran pajak dan pemberian insentif pajak. Ibrahim memproyeksikan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi tapi ditutup melemah di rentang Rp 14.350 per dolar AS-Rp 14.380 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati