Kurs rupiah masih sulit ungguli dollar



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sentimen reformasi pajak Amerika Serikat (AS) menekan kurs rupiah. Namun, sejauh mana sentimen eksternal ini melemahkan mata uang Garuda akan ditentukan tingkat efektivitas penerapan reformasi pajak terhadap ekonomi AS.

Mengutip Bloomberg, Senin (4/12), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,03% di level Rp 13.527 per dollar AS. Senada, kurs tengah Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan sebesar 0,1% di Rp 13.527 per dollar AS.

Reny Eka Putri, analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, pelemahan rupiah hari ini disebabkan dollar AS yang mendapat sentimen positif dari disetujuinya reformasi pajak Trump oleh senat. "Pasar menyambut positif pengesahan reformasi pajak dengan pengesahan ini pasar berasumsi dapat mendorong perekonomian AS," kata Reny, Senin (4/12).


Nyatanya dari dalam negeri, data inflasi Indonesia periode November yang dirilis cukup stabil tidak cukup membuat rupiah menguat. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan hasil perhitungan laju inflasi Indonesia pada November 2017 berada di level 0,20%. Dengan begitu, perkembangan laju inflasi tahun kalender Januari hingga November 2017 sebesar 2,87%. Sementara inflasi tahunan November 2017 sebesar 3,30% (yoy).

Namun, efek pengesahan reformasi pajak AS belum tentu menekan rupiah dalam jangka panjang. Saat ini, reformasi pajak masih dalam tahap pengesahan, belum efektif dilaksanakan. Oleh karena itu seberapa jauh sentimen ini membawa pengaruh pada pelemahan rupiah ke depan masih akan tergantung pada seberapa efektif reformasi pajak dilaksanakan pada lini pajak AS dan memberi dorongan pada ekonomi AS.

"Saat ini reformasi pajak belum efektif berjalan, bahkan kita belum tahu akan diberlakukan pada lini pajak individu, penghasilan atau korporasi di AS, sepertinya akan diterapkan bertahap pada lini pajak tersebut," papar Reny.

Ke depan masih ada agenda pergantian ketua The Federal Reserves, kenaikan suku bunga AS yang bisa menggerakan pasangan USD/IDR. "Banyak faktor yang mempengaruhi mata uang global, saat ini sampai Desember rupiah masih akan cukup stabil, jika nanti mengalami pelemahan tidak akan sampai Rp 14.000," prediksi Reny.

Reny memproyeksikan, Selasa (5/12), kurs rupiah masih akan melemah. Penyebabnya, pasar masih akan mengantisipasi data non farm payroll AS yang akan dirilis Jumat mendatang. Selain itu, menurut Reny, akan banyak data ekonomi AS yang akan dirilis dan diproyeksikan bisa membawa sentimen positif bagi dollar AS.

"Potensi dollar AS untuk menguat masih cukup kuat, saat ini pasar sedang dominan beli dollar AS," kata Reny. Proyeksinya, rupiah akan bergerak direntang Rp 13.520-Rp 13.575 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini