KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah di hari keenam berturut-turut total 3,67% hingga pagi ini. Senin (7/10) pukul 10.05 WIB, kurs rupiah melemah 1,26% ke Rp 15.680 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah sempat melemah hingga Rp 15.688 per dolar AS pada pukul 9.58 WIB. Akhir pekan lalu, rupiah ditutup di level Rp 15.485 per dolar AS. Kurs rupiah mencatatkan pelemahan 2,38% terhadap dolar AS pada pekan lalu. Kurs rupiah cenderung melemah setelah menyentuh Rp 15.102 per dolar AS pda Rabu (25/9). Ini adalah level paling kuat rupiah sejak 1 Agustus 2023 atau dalam 14 bulan terakhir.
Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa BI siap untuk intervensi di pasar spot,
domestic non-deliverable forward, dan pasar obligasi untuk memastikan
supply dan
demand forex tetap seimbang. "Perkembangan pasar global tidak menguntungkan bagi mata uang
emerging markets termasuk rupiah karena eskalasi tensi di Timur Tengah dan data terkini ketenagakerjaan AS yang lebih baik ketimbang ekspektasi," ungkap Edi seperti dikutip
Bloomberg.
Baca Juga: Pasar SUN Volatile, Ini Rekomendasi dari BNI Sekuritas untuk Senin (7/10) Menurut
traders yang dikutip
Bloomberg, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi rupiah di sekitar Rp 15.660 per dolar AS hingga Rp 15.665 per dolar AS. Mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Tetapi rupiah memimpin pelemahan di Asia pada hari ini. Ringgit Malaysia juga melemah 1,12% terhadap dolar AS. Pelemahan berturut-turut selanjutnya terjadi pada peso Filipina, dolar Taiwan, baht Thailand, dan dolar Hong Kong. Sedangkan yen menguat 0,27% terhadap the greenback. Penguatan juga terjadi pada won Korea, yuan offshore, dan dolar Singapura. Di sisi lain, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melemah tipis 0,05% ke 102,47. Meski melemah hari ini, indeks dolar justru melonjak 1,67% dalam sepekan terakhir.
Baca Juga: Kurs Rupiah Ambruk 1,18% ke Rp 15.670 Per Dolar AS, Senin (7/10) Pagi Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Amir Dalimunthe mengatakan bahwa adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan
yield instrumen surat berharga negara (SBN) berdenominasi rupiah. Untuk periode 7-11 Oktober 2024, Amir memperkirakan
yield curve SUN 10-tahun akan berada di kisaran 6,51%-6,78%. Jumat (4/10),
yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan peningkatan mingguan sebesar 18bps menjadi 6,65%. Kenaikan
yield ini sejalan dengan peningkatan
yield US Treasury dan pelemahan rupiah. "Berdasarkan valuasi
yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0086, FR0047, FR0071, FR0100, FR0068, FR0080, FR0098, FR0050," tulisnya dalam riset, Senin (7/10). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati