Kurs Rupiah Melemah, Berikut Saham-Saham yang Menarik Dicermati



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedang berada dalam tren pelemahan. Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah spot melemah 0,12% ke Rp 14.699 per dolar AS pada Selasa (14/6).

Di tengah penguatan nilai tukar dolar AS tersebut, ada sektor-sektor saham yang diuntungkan dan dirugikan. Hal ini tergantung dengan besarnya paparan perusahaan terhadap dollar AS, baik dari segi operasional maupun keuangan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, emiten-emiten berbasis ekspor dan berpendapatan dalam dollar AS menjadi pihak yang diuntungkan. Contohnya adalah emiten-emiten komoditas pertambangan yang mengirimkan produknya ke luar negeri dan memperoleh penghasilan dalam dollar AS.


Baca Juga: Wall Street Menguat Setelah Aksi Jual di Awal Pekan

Untuk emiten pertambangan, saat ini, secara teknikal Herditya mencermati PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Bukti Asam Tbk (PTBA). Support terdekat ADRO diperkirakan berada di Rp 3.030 dengan resistance Rp 3.320, support-resistance INCO di Rp 7.000-Rp 7.250, dan support-resistance PTBA di Rp 3.740-Rp 4.130.

Sementara itu, emiten-emiten yang dirugikan dari penguatan kurs dolar AS biasanya merupakan perusahaan berbasis impor seperti sektor farmasi. Pasalnya, perusahaan farmasi biasanya memperoleh sebagian besar bahan bakunya dari luar negeri.

"Kondisi saat ini dapat digunakan untuk wait and see terlebih dahulu, karena secara teknikal kami mencermati masih adanya potensi koreksi," kata Herditya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/6).

Baca Juga: IHSG Menguat, Investor Bisa Pilih Saham Defensif untuk Esok

Di sisi lain, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, tren penguatan kurs dolar AS dan pelemahan rupiah ini hanya bersifat sementara. Mengingat, kondisi ekonomi domestik relatif solid.

Hal ini terbukti dari data cadangan devisa per Mei 2022 yang sebesar US$ 135,6 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standard kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Dengan demikian, ada potensi dampak dari fluktuasi nilai tukar rupiah relatif terbatas ke kinerja ekonomi emiten," ucap Valdy.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (15/6)

Di tengah kondisi tersebut, Valdy menilai saham-saham komoditas memang tengah menarik untuk diperhatikan. Beberapa diantaranya adalah ADRO, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP).

"Saham-saham tersebut memiliki PER di bawah 10 kali dengan akumulasi net buy investor asing yang cukup besar dalam satu bulan terakhir," tutur Valdy. Di samping itu, saham defensif juga dapat dicermati karena adanya aksi beli selektif oleh investor asing pada beberapa saham defensif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati