Kurs Rupiah Melemah dalam Sepekan, Simak Sentimennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,24% ke Rp 15.583 pada Jumat (9/12). Akan tetapi, dalam sepekan kurs rupiah tercatat melemah 1,02% dibanding akhir pekan sebelumnya yang berada di Rp 15.425 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, ada dua sentimen utama yang mempengaruhi penguatan rupiah pada dua hari terakhir pekan ini. Pertama, pencabutan lockdown di kota-kota besar di China akibat demonstrasi zero-Covid policy yang mengarah ke politik.

Masyarakat China mengancam akan menurunkan presiden dan membubarkan partai komunis China. 


Baca Juga: Berotot, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 15.587 Per Dolar AS Pada Jumat (9/12)

"Pemerintah takut terhadap ancaman ini sehingga membuka lockdown ketat," ucap Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (9/12).

Sentimen kedua berasal dari bank sentral AS The Fed yang diprediksi akan menaikkan suku bunga tidak terlalu agresif. Pada pertemuan FOMC 13-14 Desember 2022, The Fed diperkirakan hanya akan mengerek suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, pelemahan rupiah dalam sepekan dipengaruhi oleh rilis data ekonomi AS yang cenderung positif yang dirilis pada awal pekan. Sebut saja data factory orders dan durable goods order.

Selain itu, pelaku pasar mencermati rilis data inflasi AS pada November 2022 yang diperkirakan akan cenderung melandai dibandingkan dengan inflasi bulan Oktober. 

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.583 Per Dolar AS Pada Hari Ini (9/12)

"Hal tersebut mendorong ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga The Fed pada tahun depan akan lebih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan suku bunga sepanjang tahun 2022," ucap Josua.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada Jumat (9/12), IHSG turun sebesar 1,3% dan sekitar 4,3% dalam sepekan.

Untuk pekan depan, Ibrahim mengatakan kurs rupiah akan dipengaruhi pengumuman tingkat inflasi AS pada Jumat (9/12) malam. Apabila inflasi lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 7,7% yoy, maka akan berefek positif terhadap rupiah di pekan depan.

Jika sesuai ekspektasi, maka rupiah bisa menguat ke bawah Rp 15.500 per dolar AS pada pekan depan. Akan tetapi, jika inflasi AS pada November 2022 kembali tinggi, maka hal ini akan berdampak negatif bagi rupiah.

Pasalnya, kondisi ini membuat The Fed berpotensi mengambil kebijakan moneter yang agresif dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps. 

Jika kondisinya seperti itu, maka kurs rupiah dapat tergerus ke Rp 15.700 per dolar AS. Sementara itu, Josua memprediksi, pergerakan rupiah-dolar AS akan berada di rentang Rp 15.550-Rp 15.650 pada pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi