Kurs rupiah melemah ke level Rp 14.117 per dollar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah terhadap dollar AS pada Senin (25/6) pagi. Mata uang Garuda loyo menjelang rilis data neraca dagang domestik, hari ini.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terdepresiasi 31 poin atau setara 0,22% menjadi Rp 14.117 per dollar AS pukul 10.00 WIB. Sementara, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di Bank Indonesia mencatatkan pelemahan tipis rupiah 3 poin ke level Rp 14.105 per dollar AS.

Di sisi lain, indeks dollar spot pada waktu yang sama diperdagangkan naik tipis ke level 94,55 dari penutupan pekan lalu di 94,52.


Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan, indeks dollar diproyeksi menguat di sekitar 94,5-95,0. Dollar AS  diperkirakan menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terutama euro. Penguatan tersebut seiring masih tingginya ketidakpastian kebijakan perdagangan AS terhadap Uni Eropa dan China, yang mendorong investor menempatkan dananya ke mata uang safe haven seperti dollar AS.

“Naiknya kepemilikan investor dalam aset berdenominasi dollar AS tercermin dari semakin rendahnya yield US Treasury 10 tahun, yang kemarin malam turun sebesar 1 bps,” ujar Ahmad dalam riset, hari ini.

Analis Monex Investindo Futures, Faisyal juga menyebut, pelemahan rupiah didorong ketidakpastian terhadap konflik perang dagang. Hal ini terjadi setelah India mengikuti jejak Uni Eropa dan China dengan menaikan tarif impor Almond dari AS sebesar 20%. Padahal, India merupakan salah satu pembeli Almond terbesar di dunia.

“Ketidakpastian ini membuat investor menghindari aset-aset berisiko, salah satunya rupiah,” kata Faisyal.

Selain itu, sentimen negatif juga muncul dari bertambahnya jumlah anggota Bank of England (BoE) yang menginginkan kenaikan suku bunga acuan di negara tersebut dalam waktu dekat. European Bank Central (ECB) juga mengindikasikan akan melakukan pengetatan moneter kendati belum akan dilakukan dalam jangka waktu dekat.

“Bisa dibilang bank-bank sentral global sudah mulai melakukan pengetatan moneter yang jika tidak disikapi oleh BI bisa berdampak negatif bagi rupiah,” ungkapnya.

Meski demikian, Ahmad menilai, tetap ada potensi rupiah menguat, karena disokong data defisit neraca perdagangan bulan Mei yang diperkirakan akan membaik. Defisit neraca dagang diprediksi sebesar US$ 1 juta, jauh lebih rendah dibandingkan defisit bulan sebelumnya sebesar US$ 1,63 miliar.

Namun, Faisyal bilang, walau sudah diekspektasikan mengalami defisit, investor masih menantikan detail data ekspor-impor Indonesia. Jika hasilnya di bawah ekspektasi, rupiah terancam semakin tertekan. Pada perdagangan hari ini, Faisyal memprediksi rupiah bergerak di kisaran Rp 14.070-Rp 14.200 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini