Kurs Rupiah Melemah Pada Perdagangan Senin (9/5) Efek Kenaikan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal seperti kenaikan suku bunga Fed Funds Rate masih akan menjadi faktor utama dalam pergerakan kurs rupiah pada perdagangan Selasa (10/5).

Kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,64% ke Rp 14.572 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (9/5). Sedangkan, rupiah Jisdor melemah 0,37% ke Rp 14.534 per dolar AS.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan sepanjang pekan ini, data ekonomi cukup sepi. Secara teknis rupiah masih cenderung melemah terhadap dolar AS. Namun indeks dolar yang mencapai puncak 20 tahun, rentan terhadap koreksi sehingga bisa menguntungkan pergerakan rupiah.


Baca Juga: Net Sell Tebal, IHSG Melorot dari Level 7.000

Sementara, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pelaku pasar masih akan mencermati rilis data inflasi AS bulan April yang akan dirilis tanggal 11 Mei mendatang. Inflasi AS diperkirakan akan berkisar 8,1% secara tahunan dan inflasi inti diperkirakan 6,0% secara tahunan. 

"Dari rilis data ekonomi domestik, inflasi Indonesia bulan April tercatat 3,47% secara tahunan lebih tinggi dari perkiraan meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2022 sesuai perkiraan tercatat 5,01% secara tahunan," ucap Josua kepada Kontan.co.id, senin (9/5). 

Josua mengatakan meskipun data pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 solid, namun risk-off sentiment di pasar keuangan global yang terjadi ketika pasar domestik tutup masih mendominasi pelemahan IHSG, koreksi di pasar SUN sehingga mendorong pelemahan rupiah. 

Baca Juga: Intip Rekomendasi Susunan Portofolio Investasi di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga

Josua mengatakan selain pengetatan kebijakan moneter AS, sentimen potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga mendorong pelemahan mata uang Asia termasuk rupiah. 

Menurut Sutopo kenaikan inflasi inti bisa menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga. Pada rapat kebijakan moneter bulan April lalu, BI masih menyatakan bersabar untuk menaikkan suku bunga. 

"Kebijakan tersebut tentunya membuat selisih (spread) suku bunga di Indonesia dengan Amerika Serikat AS menyempit yang bisa memberikan tekanan ke rupiah," ujar Sutopo.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,37% ke Rp 14.534 Per Dolar AS Pada Perdagangan Senin (9/5)

Josua mengatakan, pelemahan rupiah dipengaruhi penguatan dolar AS terhadap mata uang global pasca rapat FOMC minggu lalu. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps serta memberi sinyal pengetatan kebijakan moneter serta penurunan neraca keuangan. 

Selain itu, Josua mengatakan penguatan dolar AS juga dipengaruhi oleh rilis data tenaga kerja AS. Non-farm payroll bulan April tercatat 428.000 lebih tinggi daripada ekspektasi 380.000. 

"Penguatan dolar AS tersebut juga diikuti oleh kenaikan yield US Treasury yang saat ini berada di level 3,18% atau meningkat sebesar 25 bps pada bulan Mei ini," ucap Josua. 

Josua memperkirakan rupiah akan berada pada perdagangan Selasa (10/5) rupiah akan berada di rentang Rp 14.500 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS. Sementara Sutopo memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp 14.500 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati