Kurs rupiah mengganggu bahan bangunan properti



JAKARTA. Efek melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan juga rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan ini membuat pengusaha hati-hati dalam berbisnis. Meski demikian, pengusaha bakal tetap melakukan ekspansi dengan melakukan beberapa strategi bisnis.   Seperti yang dilakukan oleh PT Surya Toto Indonesia Tbk. Sebelumnya, emiten dengan kode TOTO di bursa efek Indonesia ini hendak mengoperasikan pabrik saniter di Cikupa, Tangerang, pada Oktober 2014 yang lalu. Pabrik baru ini untuk mendongkrak kapasitas produksi saniter 7,2% dari 2,35 juta unit per tahun menjadi 2,52 juta unit per tahun. 

Presiden Direktur TOTO Hanafi Atmadiredja menyatakan, rencana pengoperasian pabrik tertunda lantaran menunggu kebijakan pemerintahan baru Joko Widodo Jusuf Kalla. Misalnya kebijakan mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Memang, kebijakan ini tidak berimbas langsung kepada operasional TOTO, namun jelas akan berdampak pada tuntutan kenaikan upah buruh dan lain-lain.


Selain itu, kebijakan tersebut juga bisa memengaruhi otot kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Harap maklum, kinerja TOTO sangat terpengaruh jika rupiah luruh. Karena saat ini sebagian besar bahan baku TOTO harus impor. Kalau rupiah tak kunjung stabil, kinerja bisa terganggu.

Di sisi lain, kebijakan kenaikan harga BBM juga bisa mendongkrak inflasi. Nah untuk itu, saat ini TOTO masih memantau apakah perlu menaikkan harga jual produk saniter mereka dalam waktu dekat, atau menunggu kepastian kebijakan harga BBM. "Soal penyesuaian harga, nanti akan kami tinjau lagi pada Maret 2015 terutama setelah angka inflasi dan UMP lebih kelihatan," terang Hanafi kepada KONTAN (1/11).

Nah, untuk mengurangi dampak negatif gejolak rupiah, saat ini  manajemen TOTO berstrategi mengurangi kewajiban atawa utang valuta asing, dengan mengalihkannya ke utang rupiah. Hanya, Hanafi tidak memerinci berapa banyak utang yang dialihkan ini.  Yang jelas, total utang TOTO per akhir Juni 2014 sebesar Rp 805,95 miliar.

Sementara, menghadapi kemungkinan lonjakan beban akibat kenaikan upah minimum provinsi (UMP), manajemen TOTO bersiap mengoptimalkan mesin-mesin produksi yang otomatis, agar mengurangi ketergantungan kepada tenaga kerja manusia. "Kami akan mengandalkan otomatisasi dan teknologi untuk mengefisiensikan produksi harga kami tetap kompetitif di market Indonesia maupun seluruh dunia," tuturnya.

Per September 2014, TOTO berhasil meraup penjualan sebesar Rp 1,491 triliun. Adapun, laba bersih mencapai Rp 246,755 miliar. TOTO optimistis tahun ini bisa meraih pendapatan tumbuh 10% dibanding dengan 2013, yakni menjadi Rp 1,88 triliun.

Beban properti

Sementara itu, Tulus Santoso, Direktur Keuangan PT Ciputra Development (CTRA), mengaku belum merasakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. CTRA mengklaim bahan bangunan dalam pelbagai proyek properti CTRA sebagian besar berasal dari lokal.

Karena itulah Tulus memprediksi hingga akhir tahun 2014 ini belum ada rencana manajemen untuk menaikkan  harga jual properti milik CTRA. Apalagi dari sisi permintaan juga sedang susut.

Meskipun demikian, Tulus  menatap prospek industri properti 2015 dengan optimistis. Apalagi pemerintahan baru diharapkan sudah bisa efektif berjalan dan nilai tukar rupiah bisa stabil. "Pertumbuhan pendapatan 2015 targetnya 10%-15% ," kata Tulus.

Sedangkan Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) Theresia Rustandi menyebut perusahaanya telah menerapkan strategi contingency alias cadangan kesenjangan biaya sehingga bisnis DILD lebih aman dari gejolak rupiah. Caranya, DILD membuat kontrak yang berlaku 1 tahun–2 tahun, baik dengan penyedia bahan bangunan maupun mitra kerja. "Biasanya biaya contingency ini antara 5%–10%," ujarnya.

Dengan cara inilah saat ini kinerja DILD belum terganggu pelemahan rupiah. Namun jika jika enam bulan ke depan rupiah tetap loyo, tentu akan mengganggu biaya pembangunan properti DILD. Walhasil  harga jual properti DILD bisa naik antara 10%–20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto