KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan melesat dalam sepekan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik dalam lima hari berturut-turut. Nilai tukar rupiah pun menguat di pekan kedua Juli. Kurs rupiah Jisdor menguat 0,22% ke Rp 14.945 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (14/7). Dalam sepekan, kurs rupiah Jisdor menguat 1,26%. Sedangkan kurs rupiah spot kemarin menguat 0,05% ke level Rp 14.959 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah menguat signifikan 1,21% dari level Rp 15.143 pada Jumat pekan lalu.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah pada hari ini didorong oleh penurunan data inflasi produsen di AS. Hal ini membuat ekspektasi suku bunga The Fed cenderung turun. "Sepanjang minggu ini, rupiah menguat berkat perlambatan inflasi AS yang dirilis pada pekan ini," ucap Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/7). Baca Juga:
Rupiah Spot Ditutup Menguat Tipis ke Rp 14.959 Per Dolar AS Pada Hari Ini (14/7) Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menambahkan, rupiah menguat karena tekanan global yang sudah mulai turun, khususnya dari ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang terbatas. Kalaupun ada kenaikan, paling banyak hanya 25 bps karena inflasi AS terus turun. "Indeks dolar AS juga turun signifikan dari awal minggu di 103 menjadi di bawah 100. Hal ini membantu rupiah stabil," kata Fikri. Risiko inflasi AS turun sehingga membuka kemungkinan suku bunga acuan AS akan stagnan dalam waktu dekat. Hal ini membuat aliran dana asing masuk ke dalam negeri, terlihat dari tingginya penawaran salam lelang Surat Berharga Negara (SBN) pada pekan ini. Fikri memprediksi, rupiah pada pekan depan akan lanjut menguat, tetapi kenaikannya tidak akan terlalu signifikan seperti minggu ini. Pasalnya, Indonesia kemungkinan mencatatkan defisit neraca perdagangan pada Juni 2023 yang akan dirilis pekan depan. Baca Juga:
Perkasa, Rupiah Jisdor Terus Menguat ke Rp 14.945 Per Dolar AS pada Jumat (14/7) Indeks dolar yang masih turun juga akan lanjut mendorong dana asing masuk ke Indonesia. Fikri memprediksi, nilai tukar rupiah pada pekan depan akan bergerak dalam kisaran Rp 14.850 per dolar AS-Rp 15.050 per dolar AS. Sementara itu, menurut Josua, pada pekan depan, rupiah berpotensi melemah terbatas apabila rilis data suplai perumahan AS yang cenderung turun. Hal ini berpotensi mendorong kenaikan ekspektasi inflasi. Namun demikian, investor juga akan mencermati rilis data ekspektasi inflasi AS pada bulan Juli 2023 oleh University of Michigan. Pelaku pasar memperkirakan inflasi AS cenderung akan melambat. Josua memperkirakan, kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.025 per dolar AS pada pekan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati