KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tikar rupiah yang menguat membuat Bank Indonesia (BI) percaya diri memangkas suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%, Kamis (18/7). BI menyebutkan, pada bulan Juni 2019, nilai tukar rupiah menguat 1,04% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan menguat 1,13% secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2019. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penguatan rupiah berlanjut di bulan Juli. Sampai 17 Juli 2019, kurs rupiah menguat 1,06% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019. “Penguatan tersebut didorong oleh menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik,” kata Perry, Kamis (18/7). Selain itu, penguatan rupiah juga karena persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia makin baik, termasuk pasca peningkatan peringkat utang Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan prakiraan kebijakan moneter global yang lebih longgar.
Kurs rupiah menguat, BI percaya diri turunkan bunga acuan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tikar rupiah yang menguat membuat Bank Indonesia (BI) percaya diri memangkas suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%, Kamis (18/7). BI menyebutkan, pada bulan Juni 2019, nilai tukar rupiah menguat 1,04% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan menguat 1,13% secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2019. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penguatan rupiah berlanjut di bulan Juli. Sampai 17 Juli 2019, kurs rupiah menguat 1,06% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019. “Penguatan tersebut didorong oleh menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik,” kata Perry, Kamis (18/7). Selain itu, penguatan rupiah juga karena persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia makin baik, termasuk pasca peningkatan peringkat utang Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan prakiraan kebijakan moneter global yang lebih longgar.