Usaha kursi pijat elektronik menjamur di pusat-pusat perbelanjaan. Usaha ini terbilang sederhana karena hanya bermodal peralatan kursi pijat listrik. Biaya operasional paling besar adalah untuk menyewa tempat dan ongkos listrik.Badan pegal dan capek setelah jalan-jalan di pusat perbelanjaan? Jangan khawatir, sekarang, di mal-mal sudah banyak penyedia jasa kursi pijat otomatis. Cukup membayar ongkos Rp 5.000, Anda sudah bisa menikmati pijatan otomatis di sekujur tubuh selama sekitar 15 menit. Walau cuma sebentar, tapi lumayanlah untuk menghilangkan penat. Kursi pijat ini memijat bagian leher, punggung, dan betis. Selain kursi pijat, pengelola kursi pijat biasanya juga menyediakan mesin pijat kaki atau refleksi kaki. Untuk menikmati pijatan di kaki ini, pengunjung juga hanya perlu menyediakan uang Rp 5.000.Karena murah meriah, jasa kursi pijat cukup ramai pengunjung. Bahkan, di akhir pekan, kadang, pengunjung harus rela antre. Banyak orang ketagihan dengan pijatan si kursi listrik ini. Contohnya Zaenal, seorang warga Depok. Setiap kali pergi ke mal, ia selalu mampir menikmati kursi pijat otomatis ini. Sembari menunggu istri belanja, ia memilih melemaskan otot di kursi pijat. “Biasanya nambah, jadi dua kali pijat,” kata Zaenal yang kerap tertidur di kursi pijat ini terkekeh.Pengunjung pusat perbelanjaan yang bejibun, plus ongkos pijat yang murah, membuat bisnis kursi pijat ini sangat menjanjikan. Tak heran bila saat ini usaha kursi pijat muncul dimana-mana. Bahkan, nyaris di semua pusat perbelanjaan muncul usaha kursi pijat ini. “Pengguna jasa kursi pijat ini selalu ada saja setiap hari,” kata Arif Budiman, pengelola usaha kursi pijat Bipoli yang berpusat di Tangerang, Banten.Kendati semakin booming, Arif menilai, peluang di bisnis ini masih terbuka. Hanya, khusus di Jakarta, menurutnya, masa emas usaha kursi pijat ini sudah lewat. Arif mengungkapkan, dulu ketika ia mulai membuka usaha kursi pijat di Jakarta pada 2006, dalam sehari, minimal ada 90 pengunjung yang datang. Bahkan, ada salah satu gerai miliknya yang beromzet Rp 25 juta per bulan. Dengan omzet sebesar ini, modal pun bisa kembali dalam empat bulan saja. “Tapi sekarang balik modal bisa setahun,” ujarnya.Meski demikian, jika dibuka di luar Jakarta, Arif yakin, usaha ini masih menjanjikan. Apalagi, bisnis ini juga minim risiko karena tidak membutuhkan banyak peralatan. “Peralatannya cuma kursi saja,” tuturnya. Supaya keuntungan maksimal, Arif membuka gerai di sejumlah pusat perbelanjaan. Salah satu gerainya ada di ITC Permata Hijau, Jakarta Barat. Dari gerai ini, Arif mengaku meraup omzet sekitar Rp 9 juta-Rp 10 juta sebulan. Laba bersih yang mengalir ke kantongnya sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Selain di Jakarta, ia juga membuka gerai kursi pijat di sejumlah pusat perbelanjaan di daerah, seperti di Sukabumi, Cianjur, dan Cirebon. Nah, gerai-gerai di luar Jakarta inilah yang kini bisa menjaring omzet Rp 25 juta per bulan. “Peminat kursi pijat di luar Jakarta masih tinggi,” katanya.Yuni Herawati, pemilik Rosana Reflexy, sebuah perusahaan penyedia jasa kursi pijat di Jakarta, juga sudah menikmati fulus besar dari usaha ini. Yuni baru membuka jasa kursi pijat setahun terakhir. Berbeda dengan Arif, Yuni masih fokus menggarap pasar Jakarta. Ia membuka gerai di sejumlah pusat perbelanjaan, seperti ITC Kuningan, Hero Menteng, Thamrin City, dan ITC Cempaka Mas. Dari sejumlah lokasi itu, Yuni mengantongi omzet lumayan. Di ITC Kuningan, misalnya, Yuni meraup omzet Rp 8 juta sampai Rp 10 juta per bulan. Sayang, Yuni enggan membeberkan laba bersih dari omzet tersebut. “Yang jelas, balik modal bisa tercapai hanya dalam waktu 10 bulan saja,” ujarnya.Anda berminat terjun ke bisnis pijat otomatis ini? Sebelum memulai usaha ini, Anda perlu memenuhi beberapa syarat. Simak ulasannya berikut ini. ModalModal untuk berbisnis jasa kursi pijat ini memang tidak sedikit. Namun, usaha ini terbilang sederhana karena tidak membutuhkan peralatan apapun selain kursi pijat. Praktis, Anda hanya perlu mengeluarkan dana untuk membeli kursi pijak elektronik.Tidak sulit menemukan penjual kursi pijat itu. Kursi pijat ini banyak dijual di toko-toko alat-alat kesehatan yang ada di berbagai pusat perbelanjaan. Selain itu, kursi pijat ini juga bisa dibeli via internet. Anda bisa memilih yang masih baru maupun kursi pijat bekas. Arif mengaku membeli kursi pijat dari seorang rekanan di Jakarta. Ia membeli kursi pijat otomatis tersebut seharga Rp 8 juta per unit. Yuni menambahkan, kini, harga kursi pijat semakin beragam, tergantung dari mereknya. Kisaran harga yang berlaku saat ini adalah antara Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per unit.Kalau kita mengintip penawaran di internet, harga yang ditawarkan lebih bervariasi lagi. Di dunia maya, ada yang menawarkan kursi pijat seharga Rp 7 juta per unit. Namun, ada pula yang menjualnya dengan harga mencapai Rp 36 juta per unit. Selain kursi pijat, peralatan lain yang bisa dibeli adalah alat pijat refleksi kaki elektronik. Harga alat ini berkisar antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta.Anda juga harus menyiapkan ongkos perawatan untuk si kursi pijat ini. Paling tidak setiap enam bulan sekali, kursi pijat elektronik ini harus diservis. Salah satu yang harus dilakukan secara rutin adalah mengganti dinamo. “Suku cadang dinamo bisa Anda beli di sini, harganya sekitar Rp 250.000,” kata Arif.Lokasi dan pasarSetelah memiliki peralatan, tentu, Anda harus memiliki lokasi gerai yang strategis. Para pelaku bisnis ini menyarankan Ada memilih lokasi yang ramai pengunjung. Pusat perbelanjaan salah satunya.Pilihan lain, Anda juga bisa membuka usaha ini di tempat peristirahatan (rest area) yang kini semakin menjamur. Tetapi, berdasarkan pengalaman para pelaku bisnis ini, gerai kursi pijat di tempat peristirahatan itu tak terlalu ramai.Namun, mengambil lokasi di mal juga bukan jaminan. Kondisi pusat perbelanjaan itu sangat menentukan ramai-tidaknya bisnis kursi pijat Anda. “Kalau pas mal ramai, pemakai jasa layanan kursi pijat ini juga ramai,” kata Nur, seorang karyawan gerai kursi pijat di Plaza Blok M, Jakarta Selatan. Pun begitu sebaliknya.Biasanya, penikmat layanan ini meningkat pesat kala akhir pekan tiba. Di tempat Nur bekerja, misalnya, di hari biasa, jumlah konsumen datang hanya sekitar 10 sampai 20 orang per hari. Tapi, di akhir pekan, jumlahnya bisa dua kali lipatnya, sekitar 50 orang per hari.Begitu pula di gerai Rosana Reflexy milik Yuni. Setiap akhir pekan, ia meraup omzet melimpah. Di hari biasa, gerai milik Yuni di ITC Kuningan bisa melayani 30 orang per hari. Sedangkan di akhir pekan, tak kurang dari 60 pengunjung datang per hari. Kondisi serupa juga dia-lami Arif. “Saat hari kerja memang agak sepi,” katanya.Jika kita cermati, segmen konsumen pengguna kursi pijat ini cukup luas. “Pasarnya orangtua maupun anak muda. Mereka yang banyak memakai layanan ini,” kata Yuni. Arif menambahkan, sebagian besar pemakai layanan kursi pijat ini sudah menjadi pelanggan setia. “Awalnya mereka mencoba karena penasaran. Tapi, kalau sudah suka, biasanya datang lagi saat mengunjungi mal ini,” katanya. Strategi pemasaranKarena pasar kursi pijat sangat bergantung pada pengunjung mal, memilih pusat belanja yang ramai pengunjung menjadi syarat utama untuk menjalankan usaha ini. Nah, setelah menemukan mal yang memenuhi kriteria itu, Anda harus memilih lokasi yang paling strategis. Arif menyarankan Anda membuka gerai di dekat jalur lalu lalang pengunjung. Dengan lokasi seperti ini, Anda tak perlu repot melakukan promosi. Ambil contoh Bipoli yang membuka gerai di lantai dasar pusat perbelanjaan. Di lantai itu, Bipoli memilih membuka gerai di dekat tangga berjalan alias eskalator.Selain lantai dasar, tempat lain yang direkomendasikan adalah areal di sekitar tempat istirahat atau makan seperti food court. “Biasanya, kalau sudah lelah, pengunjung ingin beristirahat dan makan,” kata Arif. Para pengunjung food court yang ingin melepas lelah ini menjadi sasaran sebagian gerai Bipoli. Gerai kursi pijat Rosana di ITC Kuningan juga berlokasi di sekitar food court. Yang tak kalah penting, pelayanan juga harus ramah. “Sebagai karyawan, kami memang dituntut ramah dan komunikatif kepada pelanggan,” imbuh Nur.Para pebisnis kursi pijat ini mengakui bahwa persaingan di bisnis ini cukup ketat. Di satu pusat perbelanjaan, Anda bisa menemukan beberapa gerai kursi pijat. Toh, mereka mengaku tetap bisa menjaring konsumen. “Pengunjung mal kan banyak, pasti kebagian juga rezeki,” ujar Arif.Biaya bulananSaat menjalankan usaha ini, Anda juga harus menghitung ongkos operasional yang harus dikeluarkan per bulan. Biaya operasional terbesar adalah sewa tempat. Maklum, sewa tempat di mal memakan biaya besar. Dalam sebulan, Arif harus menyisihkan Rp 3 juta untuk membuka satu gerai ukuran empat meter persegi di ITC Permata Hijau. Gerai sebesar ini cukup untuk menempatkan empat buah kursi pijat. Selain sewa tempat, listrik juga cukup boros. Dengan kursi yang membutuhkan daya listrik sebesar 220 watt, pengeluaran listrik per bulan bisa mencapai Rp 300.000 sampai Rp 400.000.Tak jauh berbeda, Yuni, harus keluar ongkos Rp 3,5 juta sebulan untuk menyewa areal empat meter persegi. Di gerai seluas itu, Yuni menaruh tiga buah kursi pijat. “Biaya tempat itu sudah termasuk ongkos listrik,” tuturnya.Biaya lain adalah gaji karyawan. Arif maupun Yuni hanya mempekerjakan seorang karyawan di setiap gerai.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kursi pijat yang bikin fulus mengalir kencang
Usaha kursi pijat elektronik menjamur di pusat-pusat perbelanjaan. Usaha ini terbilang sederhana karena hanya bermodal peralatan kursi pijat listrik. Biaya operasional paling besar adalah untuk menyewa tempat dan ongkos listrik.Badan pegal dan capek setelah jalan-jalan di pusat perbelanjaan? Jangan khawatir, sekarang, di mal-mal sudah banyak penyedia jasa kursi pijat otomatis. Cukup membayar ongkos Rp 5.000, Anda sudah bisa menikmati pijatan otomatis di sekujur tubuh selama sekitar 15 menit. Walau cuma sebentar, tapi lumayanlah untuk menghilangkan penat. Kursi pijat ini memijat bagian leher, punggung, dan betis. Selain kursi pijat, pengelola kursi pijat biasanya juga menyediakan mesin pijat kaki atau refleksi kaki. Untuk menikmati pijatan di kaki ini, pengunjung juga hanya perlu menyediakan uang Rp 5.000.Karena murah meriah, jasa kursi pijat cukup ramai pengunjung. Bahkan, di akhir pekan, kadang, pengunjung harus rela antre. Banyak orang ketagihan dengan pijatan si kursi listrik ini. Contohnya Zaenal, seorang warga Depok. Setiap kali pergi ke mal, ia selalu mampir menikmati kursi pijat otomatis ini. Sembari menunggu istri belanja, ia memilih melemaskan otot di kursi pijat. “Biasanya nambah, jadi dua kali pijat,” kata Zaenal yang kerap tertidur di kursi pijat ini terkekeh.Pengunjung pusat perbelanjaan yang bejibun, plus ongkos pijat yang murah, membuat bisnis kursi pijat ini sangat menjanjikan. Tak heran bila saat ini usaha kursi pijat muncul dimana-mana. Bahkan, nyaris di semua pusat perbelanjaan muncul usaha kursi pijat ini. “Pengguna jasa kursi pijat ini selalu ada saja setiap hari,” kata Arif Budiman, pengelola usaha kursi pijat Bipoli yang berpusat di Tangerang, Banten.Kendati semakin booming, Arif menilai, peluang di bisnis ini masih terbuka. Hanya, khusus di Jakarta, menurutnya, masa emas usaha kursi pijat ini sudah lewat. Arif mengungkapkan, dulu ketika ia mulai membuka usaha kursi pijat di Jakarta pada 2006, dalam sehari, minimal ada 90 pengunjung yang datang. Bahkan, ada salah satu gerai miliknya yang beromzet Rp 25 juta per bulan. Dengan omzet sebesar ini, modal pun bisa kembali dalam empat bulan saja. “Tapi sekarang balik modal bisa setahun,” ujarnya.Meski demikian, jika dibuka di luar Jakarta, Arif yakin, usaha ini masih menjanjikan. Apalagi, bisnis ini juga minim risiko karena tidak membutuhkan banyak peralatan. “Peralatannya cuma kursi saja,” tuturnya. Supaya keuntungan maksimal, Arif membuka gerai di sejumlah pusat perbelanjaan. Salah satu gerainya ada di ITC Permata Hijau, Jakarta Barat. Dari gerai ini, Arif mengaku meraup omzet sekitar Rp 9 juta-Rp 10 juta sebulan. Laba bersih yang mengalir ke kantongnya sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Selain di Jakarta, ia juga membuka gerai kursi pijat di sejumlah pusat perbelanjaan di daerah, seperti di Sukabumi, Cianjur, dan Cirebon. Nah, gerai-gerai di luar Jakarta inilah yang kini bisa menjaring omzet Rp 25 juta per bulan. “Peminat kursi pijat di luar Jakarta masih tinggi,” katanya.Yuni Herawati, pemilik Rosana Reflexy, sebuah perusahaan penyedia jasa kursi pijat di Jakarta, juga sudah menikmati fulus besar dari usaha ini. Yuni baru membuka jasa kursi pijat setahun terakhir. Berbeda dengan Arif, Yuni masih fokus menggarap pasar Jakarta. Ia membuka gerai di sejumlah pusat perbelanjaan, seperti ITC Kuningan, Hero Menteng, Thamrin City, dan ITC Cempaka Mas. Dari sejumlah lokasi itu, Yuni mengantongi omzet lumayan. Di ITC Kuningan, misalnya, Yuni meraup omzet Rp 8 juta sampai Rp 10 juta per bulan. Sayang, Yuni enggan membeberkan laba bersih dari omzet tersebut. “Yang jelas, balik modal bisa tercapai hanya dalam waktu 10 bulan saja,” ujarnya.Anda berminat terjun ke bisnis pijat otomatis ini? Sebelum memulai usaha ini, Anda perlu memenuhi beberapa syarat. Simak ulasannya berikut ini. ModalModal untuk berbisnis jasa kursi pijat ini memang tidak sedikit. Namun, usaha ini terbilang sederhana karena tidak membutuhkan peralatan apapun selain kursi pijat. Praktis, Anda hanya perlu mengeluarkan dana untuk membeli kursi pijak elektronik.Tidak sulit menemukan penjual kursi pijat itu. Kursi pijat ini banyak dijual di toko-toko alat-alat kesehatan yang ada di berbagai pusat perbelanjaan. Selain itu, kursi pijat ini juga bisa dibeli via internet. Anda bisa memilih yang masih baru maupun kursi pijat bekas. Arif mengaku membeli kursi pijat dari seorang rekanan di Jakarta. Ia membeli kursi pijat otomatis tersebut seharga Rp 8 juta per unit. Yuni menambahkan, kini, harga kursi pijat semakin beragam, tergantung dari mereknya. Kisaran harga yang berlaku saat ini adalah antara Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per unit.Kalau kita mengintip penawaran di internet, harga yang ditawarkan lebih bervariasi lagi. Di dunia maya, ada yang menawarkan kursi pijat seharga Rp 7 juta per unit. Namun, ada pula yang menjualnya dengan harga mencapai Rp 36 juta per unit. Selain kursi pijat, peralatan lain yang bisa dibeli adalah alat pijat refleksi kaki elektronik. Harga alat ini berkisar antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta.Anda juga harus menyiapkan ongkos perawatan untuk si kursi pijat ini. Paling tidak setiap enam bulan sekali, kursi pijat elektronik ini harus diservis. Salah satu yang harus dilakukan secara rutin adalah mengganti dinamo. “Suku cadang dinamo bisa Anda beli di sini, harganya sekitar Rp 250.000,” kata Arif.Lokasi dan pasarSetelah memiliki peralatan, tentu, Anda harus memiliki lokasi gerai yang strategis. Para pelaku bisnis ini menyarankan Ada memilih lokasi yang ramai pengunjung. Pusat perbelanjaan salah satunya.Pilihan lain, Anda juga bisa membuka usaha ini di tempat peristirahatan (rest area) yang kini semakin menjamur. Tetapi, berdasarkan pengalaman para pelaku bisnis ini, gerai kursi pijat di tempat peristirahatan itu tak terlalu ramai.Namun, mengambil lokasi di mal juga bukan jaminan. Kondisi pusat perbelanjaan itu sangat menentukan ramai-tidaknya bisnis kursi pijat Anda. “Kalau pas mal ramai, pemakai jasa layanan kursi pijat ini juga ramai,” kata Nur, seorang karyawan gerai kursi pijat di Plaza Blok M, Jakarta Selatan. Pun begitu sebaliknya.Biasanya, penikmat layanan ini meningkat pesat kala akhir pekan tiba. Di tempat Nur bekerja, misalnya, di hari biasa, jumlah konsumen datang hanya sekitar 10 sampai 20 orang per hari. Tapi, di akhir pekan, jumlahnya bisa dua kali lipatnya, sekitar 50 orang per hari.Begitu pula di gerai Rosana Reflexy milik Yuni. Setiap akhir pekan, ia meraup omzet melimpah. Di hari biasa, gerai milik Yuni di ITC Kuningan bisa melayani 30 orang per hari. Sedangkan di akhir pekan, tak kurang dari 60 pengunjung datang per hari. Kondisi serupa juga dia-lami Arif. “Saat hari kerja memang agak sepi,” katanya.Jika kita cermati, segmen konsumen pengguna kursi pijat ini cukup luas. “Pasarnya orangtua maupun anak muda. Mereka yang banyak memakai layanan ini,” kata Yuni. Arif menambahkan, sebagian besar pemakai layanan kursi pijat ini sudah menjadi pelanggan setia. “Awalnya mereka mencoba karena penasaran. Tapi, kalau sudah suka, biasanya datang lagi saat mengunjungi mal ini,” katanya. Strategi pemasaranKarena pasar kursi pijat sangat bergantung pada pengunjung mal, memilih pusat belanja yang ramai pengunjung menjadi syarat utama untuk menjalankan usaha ini. Nah, setelah menemukan mal yang memenuhi kriteria itu, Anda harus memilih lokasi yang paling strategis. Arif menyarankan Anda membuka gerai di dekat jalur lalu lalang pengunjung. Dengan lokasi seperti ini, Anda tak perlu repot melakukan promosi. Ambil contoh Bipoli yang membuka gerai di lantai dasar pusat perbelanjaan. Di lantai itu, Bipoli memilih membuka gerai di dekat tangga berjalan alias eskalator.Selain lantai dasar, tempat lain yang direkomendasikan adalah areal di sekitar tempat istirahat atau makan seperti food court. “Biasanya, kalau sudah lelah, pengunjung ingin beristirahat dan makan,” kata Arif. Para pengunjung food court yang ingin melepas lelah ini menjadi sasaran sebagian gerai Bipoli. Gerai kursi pijat Rosana di ITC Kuningan juga berlokasi di sekitar food court. Yang tak kalah penting, pelayanan juga harus ramah. “Sebagai karyawan, kami memang dituntut ramah dan komunikatif kepada pelanggan,” imbuh Nur.Para pebisnis kursi pijat ini mengakui bahwa persaingan di bisnis ini cukup ketat. Di satu pusat perbelanjaan, Anda bisa menemukan beberapa gerai kursi pijat. Toh, mereka mengaku tetap bisa menjaring konsumen. “Pengunjung mal kan banyak, pasti kebagian juga rezeki,” ujar Arif.Biaya bulananSaat menjalankan usaha ini, Anda juga harus menghitung ongkos operasional yang harus dikeluarkan per bulan. Biaya operasional terbesar adalah sewa tempat. Maklum, sewa tempat di mal memakan biaya besar. Dalam sebulan, Arif harus menyisihkan Rp 3 juta untuk membuka satu gerai ukuran empat meter persegi di ITC Permata Hijau. Gerai sebesar ini cukup untuk menempatkan empat buah kursi pijat. Selain sewa tempat, listrik juga cukup boros. Dengan kursi yang membutuhkan daya listrik sebesar 220 watt, pengeluaran listrik per bulan bisa mencapai Rp 300.000 sampai Rp 400.000.Tak jauh berbeda, Yuni, harus keluar ongkos Rp 3,5 juta sebulan untuk menyewa areal empat meter persegi. Di gerai seluas itu, Yuni menaruh tiga buah kursi pijat. “Biaya tempat itu sudah termasuk ongkos listrik,” tuturnya.Biaya lain adalah gaji karyawan. Arif maupun Yuni hanya mempekerjakan seorang karyawan di setiap gerai.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News