Kwak-Kwek usaha kuliner bebek



Industri kuliner memang mempunyai potensi pasar yang besar di Indonesia. Selain memang jumlah penduduknya yang besar, masyarakat di sini gemar menyantap makanan di luar rumah.

Apalagi di akhir pekan, tidak sedikit keluarga-keluarga khusunya berada di kota-kota besar menghabiskan waktu bersama keluarga untuk makan di restoran. Jadi maklum saja jika banyak pelaku bisnis yang menjalankan bisnis di sektor ini. Belakangan ini, salah satu bisnis makanan yang sedang naik daun adalah olahan bebek.

Saat ini, sudah begitu mudah untuk menjumpai gerai masakan bebek, mulai dari pinggir jalan sampai di dalam pusat perbelanjaan. Tidak sedikit beberapa brand gerai tersebut merupakan usaha dengan sistem kemitraan.


Bagaimana perkembangan bisnis gerai-gerai tersebut saat ini? Untuk mengetahui lebih jelas, KONTAN akan mengulas tiga waralaba resto bebek, yakni Bebek Abah Ndut, Master Bebek, dan Bebek Goreng Rahminten. Berikut ulasannya.

Bebek Abah Ndut

Usaha ini berdiri pada tahun 2010 dan mulai menawarkan kemitraan pada tahun 2011 di Purwokerto, Jawa Tengah. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan Bebek Abah Ndut pada Februari 2013, usaha ini sudah memiliki 15 mitra usaha yang tersebar di Banyumas, Kebumen, Cilacap, Bintaro, dan Cilegon. Rinciannya, tiga adalah milik sendiri di Purwokerto yang juga sebagai pusat Bebek Abah Ndut. Sementara sisanya gerai milik mitra.

Setahun berselang, jumlah mitra belum berubah seperti tahun lalu. Agus Rizky, pemilik Bebek Abah Ndut mengatakan, jumlah mitra yang belum bertambah hingga kini lantaran Agus cukup selektif memilih calon mitra yang akan bergabung.

Ia mengaku, pada awal-awal membuka penawaran, ia tidak terlalu ketat dalam menyeleksi mitranya. Sebab, ia ingin brand usahanya cepat dikenal banyak orang. Namun, saat ini, ia tidak terlalu berambisi menambah banyak mitra. "Yang penting sekarang mitra punya niat serius berbisnis sehingga jumlah gerai tidak perlu banyak-banyak," kata Agus.

Hingga kini, Agus belum mengubah paket investasi. Bebek Abah Ndut masih menawarkan dua paket investasi. Paket pertama, yakni paket rumah makan dengan investasi senilai Rp 75 juta.

Dengan nilai paket ini, mitra mendapatkan kerjasama selama lima tahun, pelatihan karyawan, dan pendampingan manajemen. Selain itu juga mitra juga mendapatkan banner, cash register, seragam karyawan, bahan baku 50 ekor bebek goreng, dan 50 ekor ayam goreng.

Sedangkan paket kedua, paket lengkap senilai Rp 200 juta dengan mendapat seluruh fasilitas yang ada pada paket pertama. Bedanya, mitra sudah mendapatkan perlengkapan masak dan makan.

Yang justru naik adalah harga menu makanan. Agus bilang, sebelumnya harga jual berkisar Rp 15.000−18.000 per menu, kini perubahannya menjadi Rp 15.000−Rp 23.000 per menu. Dari 30 menu yang ditawarkan, yang menjadi menu andalan dan yang paling laris adalah bebek bakar dan bebek goreng.

Untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya, Agus menambah menu di luar bebek, seperti olahan menu ayam, ikan nila, ikan lele, ikan mas, gurami, dan menu masakan tradisional lain, seperti oseng cah kangkung, sayur asem, dan lain-lain.

Langkah memperbanyak menu di luar olahan bebek adalah juga untuk mengatasi kendala pengadaan bahan baku bebek. Awalnya Agus selalu memasok bahan baku bebek dari Jawa Timur. Namun, kini pasokan dari sana berkurang sehingga ia harus mencari pasokan tambahan dari Cilacap dan Brebes.

Tahun ini, Agus menambah menu olahan bebek seperti ayam penyet, ayam goreng, ayam bakar, dan ayam kremes. Sebab pasokan ayam dinilai lebih mudah untuk didatangkan.

Sepanjang tahun ini, Agus menargetkan bisa menambah dua mitra atau tiga mitra baru. Oleh sebab itu, dia terus gencar melakukan promosi, baik melalui internet, media sosial, dan menyebarkan flyer serta brosur.

Master Bebek

Usaha gerai bebek besutan Sutarno di Cikarang ini telah berdiri sejak awal 2012. Mulai pertengahan tahun 2012, ia membuka peluang kemitraan usaha. Ketika KONTAN mengulas tawaran usaha ini pada Mei 2013, Master Bebek baru memiliki satu mitra di Tangerang, Banten.

Setahun telah lewat, jumlah mitra yang bergabung masih tetap satu. Oktianita, istri Sutarno, sang pemilik, menjelaskan, sepanjang tahun 2014, mereka menutup tawaran kemitraan. Alasannya, pihaknya ingin memperbaiki sistem kemitraan. "Ada sekitar 30 calon mitra telah berada di daftar tunggu, tapi semua kami tunda dulu hingga tahun depan," jelasnya.

Rencananya, Master Bebek akan mengubah paket kemitraannya terhitung awal tahun 2015. Nantinya, mereka hanya menawarkan satu model yaitu mini resto dengan nilai investasi sebesar Rp 125 juta. Dengan modal tersebut, mitra akan mendapatkan seluruh perlengkapan memasak, branding, bahan baku awal, pelatihan, dan perlengkapan tambahan lainnya.

Meski, jumlah mitranya tidak berubah, Oktianita mengklaim omzet Master Bebek kini naik tajam. Saat ini, mereka bisa mengantongi omzet sekitar Rp 210 juta tiap bulan. Awalnya, mereka memprediksi omzet mitra berkisar Rp 30 juta−Rp 80 juta per bulan. Sedangkan proyeksi laba bersih naik dari 25% menjadi sekitar 30% dari omzet.

Seusai hari raya Idul Fitri, rencananya Master Bebek akan mengerek harga jual sebesar Rp 2.000 tiap menu. Sebelumnya, mereka membanderol harga olahan bebek sekitar Rp 13.000 hingga  Rp 15.000 tiap porsi.

Tidak hanya itu, mereka juga akan menambah menu baru, yaitu olahan ikan. Hingga saat ini, mereka hanya menyediakan delapan menu untuk para pelanggannya.

Bebek Goreng Rahminten

Usaha bebek dari Dymas Tunggul Panuju ini berdiri pada 2006. Tiga tahun setelah itu, dia mulai menawarkan kemitraan usaha. KONTAN sempat mengulas usaha ini pada Juni 2013. Kala itu, gerai yang beroperasi sebanyak 29 gerai. Kini, gerai Bebek Goreng Rahminten yang beroperasi hanya tinggal 27 gerai. "Gerai kami memang berkurang, namun kami sengaja menggabungkannya untuk membuka gerai yang lebih besar di Dupak Grosir Surabaya," ujar Dymas.

Dengan menggabungkan beberapa gerai menjadi satu, Dymas tidak lantas menaikkan harga jual menu makanan. Saat ini rata-rata harga jual menu di Bebek Goreng Rahminten berkisar Rp 16.500 hingga Rp 25.000 per porsi.

Khusus sepanjang bulan Ramadan seperti sekarang, gerai ini hanya membuka usaha dari pukul tiga sore hingga pukul tujuh malam. Meski waktu operasional berkurang, namun dia mengklaim terdapat kenaikan penjualan, meski tidak terlalu signifikan. "Seringkali makanan terjual habis," kata Dymas.

Paket investasi yang ditawarkan masih tetap sama, yakni sebesar Rp 30 juta. Dari besaran investasi itu, mitra akan mendapat fasilitas seperti satu unit motor, perlengkapan memasak, seperti kompor dan lemari es, branding serta bahan baku awal, seperti bebek beku, bumbu, dan sambal. Hingga saat ini, Dymas pun tetap tidak mengutip biaya royalti dari para mitra usahanya. Namun, di awal kerja sama, mitra harus menyiapkan lokasi usaha sendiri, di luar biaya kemitraan.       

Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting berpendapat, bisnis kuliner bebek masih cukup menjanjikan. Pasalnya, masyarakat Indonesia sudah semakin banyak yang menyukai olahan dari unggas yang satu ini. Selain itu, menu bebek bisa menjadi alternatif bagi masyarakat jika sedang bosan mengonsumsi ayam. "Itu sebabnya, semakin banyak pengusaha kuliner yang menjual bebek," kata dia.

Namun, jika dalam perjalanannya ada beberapa usaha yang kurang berkembang, dia menilai mungkin pelaku usaha tidak memperhatikan kualitas rasa yang ditawarkan.

Erwin mengatakan, untuk dapat berkembang, kualitas rasa merupakan hal paling utama. Sebab menurutnya, mengolah bebek termasuk sulit lantaran memiliki bau amis yang kuat. Ia bilang, jika bebek tidak diolah dengan baik maka rasa yang dihasilkan pun tidak akan enak. "Jadi, dia harus mampu memberikan rasa yang menarik dan berbeda dari kompetitor," terang Halim.

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah harga jual dan kualitas pelayanan. Pelaku usaha kuliner bebek harus mampu menawarkan harga yang kompetitif dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.

Sementara, bagi mitra yang ingin membeli sebuah tawaran kemitraan usaha kuliner bebek, Erwin mengingatkan untuk lebih dulu memperhatikan apakah investasi yang ditawarkan sesuai dengan hasil yang didapatkan. Apakah hitung-hitungan balik modalnya sesuai dengan yang diharapkan. Mitra juga perlu memperhatikan dukungan apa saja yang diberikan oleh pusat.                n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini