KONTAN.CO.ID - Simak profil Kwik Kian Gie yang meninggal Dunia pada Senin, 28 Juli 2025. Sosok Kwik Kian Gie meninggalkan warisan penting sebagai pemikir ekonomi kerakyatan, pendidik inspiratif, dan politisi yang berdiri di atas prinsip keadilan sosial dan integritas nasional. Melansir dari laman Kwikkiangie.ac.id, sosok Kwik Kian Gie lahir pada 11 Januari 1935 di Juwana, Pati, Jawa Tengah. Ia lahir dari keluarga Tionghoa yang menjunjung tinggi nilai pendidikan dan etos kerja keras. Sejak kecil, Kwik dikenal tekun belajar dan memiliki ketertarikan mendalam pada bidang ekonomi.
Pendidikan dan Awal Karier
Lulus dari Belanda, Kwik sempat kembali ke Indonesia dan mengajar sebagai dosen di Universitas Indonesia, khususnya di Fakultas Ekonomi. Namun tak lama kemudian, ia dipercaya menjabat sebagai Asisten Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda pada tahun 1963–1964. Karier internasionalnya pun berlanjut. Ia menjadi Direktur di Nederlands–Indonesische Goederen Associatie pada 1964–1965, lalu NV Handelsonderneming Ipilo pada 1965–1970, dua perusahaan perdagangan yang berperan penting dalam hubungan dagang antara Indonesia dan Belanda. Pengalaman manajerial dan relasi bisnis internasional ini memperkuat keahliannya dalam ekonomi praktis, khususnya dalam perdagangan dan investasi lintas negara. Baca Juga: Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Meninggal Setelah 20 Tahun KomaKarier Menjadi Pengusaha
Setelah hampir satu dekade di luar negeri, Kwik kembali ke Indonesia pada tahun 1971 dan mendirikan PT Indonesian Financing & Investment Company, yang menjadi salah satu perusahaan non-bank pertama yang fokus pada pembiayaan dan investasi. Ini adalah langkah pionir di masanya, karena sistem keuangan Indonesia masih sangat didominasi oleh perbankan. Selain itu, ia juga memimpin sejumlah perusahaan lainnya seperti:- PT Altron Panorama Electronics, bergerak di bidang elektronik,
- PT Jasa Dharma Utama, yang berfokus pada sektor perdagangan dan jasa,
- PT Cengkih Zanzibar, yang berkiprah di bidang komoditas agribisnis.
Kontribusi Bidang Pendidikan
Tak hanya sukses di dunia bisnis, Kwik juga memiliki perhatian besar terhadap pendidikan. Pada 1982, ia mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya, yang menjadi pelopor pendidikan manajemen berbasis praktik bisnis di Indonesia. Kemudian, pada 1987, ia turut mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) yang berfokus pada pengembangan keahlian di bidang ekonomi, bisnis, dan teknologi informasi. Lembaga ini kemudian berkembang menjadi Kwik Kian Gie School of Business, sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi dan kontribusinya dalam membangun generasi intelektual muda di bidang ekonomi. Baca Juga: Jemaah Haji Meninggal Dapat Asuransi 2x Biaya Haji, Cek Aturan & Syarat Ganti RugiKiprah Politik dan Ekonomi Nasional
Melansir dari laman kwikkiangie.com, Nama Kwik mulai dikenal publik luas sejak pertengahan 1980-an, berkat tulisannya yang tajam dan kritis di harian Kompas. Ia rutin menulis kolom opini tentang situasi ekonomi Indonesia dengan gaya yang lugas, berbasis data, dan berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Ia menjadi salah satu suara lantang yang mengkritisi kebijakan ekonomi Orde Baru, terutama terkait ketimpangan, utang luar negeri, dan dominasi konglomerat. Kiprah politiknya dimulai ketika ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Pada tahun 1999, Kwik terpilih sebagai Wakil Ketua MPR RI. Baca Juga: Cara Menonaktifkan BPJS Kesehatan Peserta yang Telah Meninggal Dunia, Ini Syaratnya Tak lama setelahnya, ia dipercaya oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) pada 1999–2000. Ia dikenal sebagai menteri yang berani mengambil kebijakan ekonomi yang tidak populer namun berpihak pada kepentingan nasional. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, ia kembali dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional periode 2001–2004, di mana ia berperan dalam menyusun arah pembangunan jangka panjang Indonesia pasca-krisis ekonomi 1998.Kontribusi Intelektual dan Penghargaan
- Saya Bermimpi Jadi Konglomerat (1993), yang menyentil ketimpangan ekonomi,
- Analisa Ekonomi Politik Indonesia (1994), yang menjadi rujukan penting bagi mahasiswa dan pemerhati ekonomi politik.