La Nina berdampak pada target emiten jasa tambang batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, La Nina yang sudah berlangsung sejak Oktober 2021 akan terus berlangsung dengan intensitas lemah-sedang hingga Februari 2022. Curah hujan yang tinggi ini berdampak pada aktivitas bisnis pelaku usaha, khususnya di sektor jasa pertambangan batubara. 

Direktur ABM Investama (ABMM) Adrian E. Sjamsul mengakui, pada beberapa site tambang, curah hujannya ada yang sampai tiga kali lipat dibandingkan normal. Cuaca ini mengakibatkan operasional tambang terkoreksi. 

Di lapangan, hujan menjadi salah satu parameter yang sangat menantang dan terus dimonitor. 


"Efek La Nina yang dirasakan saat ini tidak mempengaruhi volume produksi ABMM di tahun ini yang sebesar 13,5 juta ton,"  jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11). 

Namun, untuk volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal)  ABMM diproyeksikan mengalami koreksi. Sebelumnya ABMM menargetkan pertumbuhan volume OB di tahun ini bisa tumbuh sekitar 37% kemudian terjadi penyesuaian menjadi tumbuh 32% di sepanjang tahun ini. 

Baca Juga: Grup Trakindo jadi pemegang saham mayoritas ABMM, begini bentuk sinerginya

Untuk mengatasi kondisi ini, Adrian memaparkan, secara umum seluruh tambang akan menambah water pump sehingga wilayah operasi tidak banjir. Kemudian manajemen ABMM juga berupaya menambah drainase sehingga air dapat keluar dan mengalir ke tempat yang lebih rendah. 

"Selain drainase di area tambang, kami juga lakukan di jalan hauling sehingga jalannya tidak tergerus karena hujan ini," kata Adrian. 

Adrian mengatakan, tidak ada biaya tambahan khusus yang dialokasikan untuk mengantisipasi  kondisi ini. Pasalnya, biaya untuk water pump dan drainase yang optimal merupakan pengeluaran normal yang harus ada pada setiap aktivitas tambang. 

Tidak berbeda jauh, kondisi La Nina juga menjadi tantangan besar bagi PT Darma Henwa Tbk (DEWA). 

Presiden Direktur Darma Henwa (DEWA) Rio Supin mengatakan pihaknya sangat merasakan perubahan cuaca pada kuartal III 2021 di mana curah hujan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan sangat tinggi. 

Oleh karenanya, lanjut Rio, tren produksi perusahaan sampai dengan Juni 2021 sudah sangat baik, tetapi melambat pada periode Agustus sampai dengan September karena faktor cuaca. 

"Total target produksi diperkirakan tidak akan tercapai, meskipun sudah terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun lalu," jelasnya dalam paparan publik secara virtual, Jumat (19/11). 

Baca Juga: Raih Pinjaman US$ 100 Juta, ABM Investama (ABMM) Tebus Seluruh Sisa Notes 2022

Namun sayang, Rio tidak menyebutkan berapa target penyesuaian volume produksi di tengah kondisi cuaca saat ini. 

Yang terang, untuk mengatasi masalah ini, Rio bilang, pihaknya melakukan water management yang lebih baik dengan menambah pompa. 

Dengan cara ini, DEWA tetap dapat mengoperasikan alat kerjananya sehingga dapat mengurangi dampak ke produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi