La Nina bisa dongkrak CPO



JAKARTA. Reli harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bisa berlanjut selama minggu ini. Nilai kontrak harian CPO di Bursa Malaysia, Jumat (4/11) lalu, meningkat 1,2% menjadi RM 3.013 per ton setara US$ 967,57 per ton. Ini adalah harga tertinggi CPO dalam enam minggu terakhir.

Kenaikan harga CPO dipicu keberanian investor menyimpan dananya di aset berisiko alias risk appetite. Para pelaku pasar merespons positif keputusan Perdana Menteri Yunani George Papandreou yang membatalkan rencana referendum mengenai bantuan Uni Eropa untuk mengatasi krisis di negara itu.

Pemangkasan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) juga turut membangkitkan harapan bahwa proses penyelesaian krisis utang di kawasan itu kembali berlanjut.


Di sisi lain, produksi CPO diperkirakan menyusut akibat datangnya musim hujan dengan volume di atas rata-rata. Ancaman La Nina di wilayah Indonesia dan Malaysia juga diyakini bisa memangkas produksi CPO. Maklumlah, kedua negara itu adalah produsen CPO terbesar di dunia.

"Hujan deras dan kemungkinan La Nina akan mengganggu pasokan minyak sawit mentah," ujar Chandran Sinnasamy, Kepala Perdagangan LT International Futures, seperti dikutip Bloomberg, pada Jumat pekan lalu.

Survei Bloomberg terhadap dua perusahaan perkebunan dan tiga analis menyimpulkan, pasokan CPO di bulan Oktober bakal turun 2,7% dibandingkan posisi September menjadi 1,82 juta ton.

Departemen Meteorologi Amerika Serikat (AS) memperkirakan, musim hujan di Malaysia dan Indonesia mulai berlangsung selama bulan ini, dan berpotensi menyebabkan banjir.

Sedang Badan Meteorologi Australia memproyeksikan adanya kemungkinan ancaman La Nina di sebagian wilayah Indonesia dan Malaysia. La Nina merupakan proses pendinginan yang melanda Samudra Pasifik sehingga akan meningkatkan curah hujan di wilayah Malaysia dan Indonesia.

Para pelaku pasar tengah menantikan data pasokan minyak sawit Malaysia pada bulan Oktober yang dirilis pekan ini. Ibrahim, analis senior Harvest International Futures, memperkirakan data akan menunjukkan adanya penurunan pasokan.

"Kondisi cuaca yang buruk di Malaysia akan mengganggu produksi. Begitu juga di Indonesia, daerah Sumatra dan Kalimantan sebagai lokasi mayoritas perkebunan sawit dikhawatirkan mengalami hal serupa," ujar Ibrahim.

Tren menguat

Ibrahim menilai, masalah persediaan dan permintaan akan menjadi pendongkrak harga minyak sawit. Persediaan yang terbatas berbanding terbalik dengan permintaan yang diperkirakan cenderung menguat.

Permintaan minyak sawit mentah di akhir tahun biasanya meningkat karena ada momentum Hari Natal maupun pergantian tahun baru.

Ibrahim memperkirakan harga CPO pada pekan ini mampu menyentuh RM 3.030 per ton. Ketika mencapai level itu, harga CPO masih bisa terkoreksi menuju RM 2.950 per ton. Tapi harga komoditas energi ini berpeluang melaju dan ditutup pada RM 3.035 di akhir November.

"Prospek harga minyak sawit masih akan bagus, dan kemungkinan di akhir tahun ini menyentuh RM 3.150 per ton," ujar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini