KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun berhasil meningkatkan pendapatan di tahun 2017, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) masih belum mampu mencetak pertumbuhan laba. Tingginya beban yang harus ditanggung perusahaan semen ini membuat laba mereka tertekan di tahun lalu. Sepanjang 2017 lalu, emiten semen pelat merah ini berhasil mencatat kenaikan pendapatan sebesar 1,89% year-on-year (yoy) dari Rp 1,52 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 1,55 triliun. Sayang, hal ini masih belum mampu membuat laba SMBR tumbuh tahun lalu. Emiten ini justru membukukan penurunan laba sebesar 43,40% di 2017 menjadi Rp 146,64 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 259,09 miliar. Menurut Sekretaris Perusahaan SMBR Ruddy Solang, penurunan laba ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban salah satu komponen. "Komponen tersebut ialah komponen energi, dalam hal ini batubara," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (6/2). Batubara memang kerap kali digunakan sebagai bahan bakar untuk pabrik pengolahan semen lantaran lebih ekonomis dibanding bahan bakar lainnya. Meski begitu, tren kenaikan harga batubara yang terjadi tahun lalu membuat emiten semen, termasuk SMBR, terpaksa harus menanggung beban pokok penjualan yang lebih besar. Tak hanya beban pokok penjualan saja yang mengalami peningkatan. Tahun lalu SMBR juga mencatat kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 43,23% menjadi Rp 199,81 miliar. Hal ini, menurut Ruddy, disebabkan oleh pabrik Baturaja II yang sudah beroperasi secara penuh dan komersial sejak pertengahan 2017. Peningkatan beban administrasi dan umum yang signifikan pun terjadi di tahun lalu. Beban ini melonjak 68,10% menjadi Rp 85,40 miliar tahun lalu. "Lonjakan tersebut terjadi lantaran gencarnya promosi yang kami lakukan seiring masuknya produk pesaing di Sumatera Selatan," jelas Ruddy. Adapun di tahun 2018 ini, SMBR menargetkan volume penjualan semen mereka bisa naik 56% ke angka 2,75 juta ton. Menurut catatan KONTAN, SMBR membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 60% yoy menjadi Rp 2,57 triliun, sementara laba bersih diharapkan bisa tumbuh 44% yoy menjadi Rp 211 miliar di tahun 2018. Emiten semen yang beroperasi di Palembang, Sumatera Selatan ini juga menyiapkan strategi untuk mencapai target volume penjualan tersebut, di antaranya ialah dengan melakukan efisiensi biaya, ekspansi pasar, serta mempersingkat proses bisnis. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Laba 2017 turun, ini kata Semen Baturaja
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun berhasil meningkatkan pendapatan di tahun 2017, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) masih belum mampu mencetak pertumbuhan laba. Tingginya beban yang harus ditanggung perusahaan semen ini membuat laba mereka tertekan di tahun lalu. Sepanjang 2017 lalu, emiten semen pelat merah ini berhasil mencatat kenaikan pendapatan sebesar 1,89% year-on-year (yoy) dari Rp 1,52 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 1,55 triliun. Sayang, hal ini masih belum mampu membuat laba SMBR tumbuh tahun lalu. Emiten ini justru membukukan penurunan laba sebesar 43,40% di 2017 menjadi Rp 146,64 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 259,09 miliar. Menurut Sekretaris Perusahaan SMBR Ruddy Solang, penurunan laba ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban salah satu komponen. "Komponen tersebut ialah komponen energi, dalam hal ini batubara," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (6/2). Batubara memang kerap kali digunakan sebagai bahan bakar untuk pabrik pengolahan semen lantaran lebih ekonomis dibanding bahan bakar lainnya. Meski begitu, tren kenaikan harga batubara yang terjadi tahun lalu membuat emiten semen, termasuk SMBR, terpaksa harus menanggung beban pokok penjualan yang lebih besar. Tak hanya beban pokok penjualan saja yang mengalami peningkatan. Tahun lalu SMBR juga mencatat kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 43,23% menjadi Rp 199,81 miliar. Hal ini, menurut Ruddy, disebabkan oleh pabrik Baturaja II yang sudah beroperasi secara penuh dan komersial sejak pertengahan 2017. Peningkatan beban administrasi dan umum yang signifikan pun terjadi di tahun lalu. Beban ini melonjak 68,10% menjadi Rp 85,40 miliar tahun lalu. "Lonjakan tersebut terjadi lantaran gencarnya promosi yang kami lakukan seiring masuknya produk pesaing di Sumatera Selatan," jelas Ruddy. Adapun di tahun 2018 ini, SMBR menargetkan volume penjualan semen mereka bisa naik 56% ke angka 2,75 juta ton. Menurut catatan KONTAN, SMBR membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 60% yoy menjadi Rp 2,57 triliun, sementara laba bersih diharapkan bisa tumbuh 44% yoy menjadi Rp 211 miliar di tahun 2018. Emiten semen yang beroperasi di Palembang, Sumatera Selatan ini juga menyiapkan strategi untuk mencapai target volume penjualan tersebut, di antaranya ialah dengan melakukan efisiensi biaya, ekspansi pasar, serta mempersingkat proses bisnis. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News