Laba AKRA mengalir dari bisnis distribusi BBM



JAKARTA. PT Aneka Kimia Raya Corporindo Tbk (AKRA) siap membesarkan bisnis distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM). Langkah ini ditempuh setelah AKRA sukses melepas anak usahanya di sektor kimia, PT Sorini Agro Asia Corporindo (SOBI) Tbk.

Manajemen AKRA sudah menyiapkan sejumlah agenda korporasi. Pertama, membangun 14 terminal BBM demi menambah kapasitas dari semula 151.035 kiloliter (kl) menjadi 261.035 kl. Kemudian, AKRA akan membeli dua kapal tanker berkapasitas masing-masing 4.000 kl. Dua kapal ini siap mendukung pendistribusian BBM ke wilayah timur Indonesia.

AKRA juga tertarik memproduksi batubara sendiri di Muara Tewe dan Teluk Timbau, Kalimantan Tengah, mulai kuartal kedua tahun ini. AKRA memiliki konsesi seluas 24.388 hektare (ha) dengan cadangan batubara 60 juta ton dan memiliki kandungan 5.000 kilo kalori per kilo gram.


Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yualdo Yudoprawiro memprediksi, kinerja AKRA masih bisa terangkat setelah mengalihkan fokus bisnis ke distribusi BBM. Alasannya, sejak mulai merambah bisnis itu pada 2005 hingga kini, volume distribusi BBM AKRA meningkat pesat.

Yualdo melihat, target AKRA yang memproyeksikan volume distribusi BBM naik berkisar 30%-35% bisa tercapai. "Permintaan dari industri pertambangan masih tinggi," kata dia, Selasa (12/4). Sebagai perusahaan distribusi, AKRA fokus menggarap sektor pertambangan, bukan ritel.

Moncernya bisnis BBM terefleksi dari kinerja AKRA di tahun lalu. Bisnis distribusi BBM menyumbang 61% dari total pendapatan AKRA yang senilai Rp 12,20 triliun.

Volume penjualan BBM juga naik 32%, diiringi average selling price (ASP) yang juga meningkat menjadi Rp 5.513 per liter. Bisnis bahan dasar kimia hanya menyumbangkan 16% terhadap total pendapatan AKRA. Sisa pendapatan disumbangkan lini bisnis manufaktur dan logistik.

Hitungan Yualdo, bisnis BBM menyumbang 70%-75% total pendapatan AKRA pada tahun ini. Proyeksi itu didukung permintaan BBM yang cukup besar dari Kalimantan dan Indonesia bagian timur. "Dengan asumsi harga minyak US$ 80 per barel," kata dia.

Analis Valbury Asia Securities Budi Rustanto juga memberikan outlook positif bagi kinerja keuangan AKRA, meski margin lini bisnis manufaktur menurun signifikan akibat kenaikan harga bahan baku. "Kami melihat lini bisnis perdagangan dan distribusi BBM masih konsisten memberikan kontribusi dominan bagi pertumbuhan AKRA di masa mendatang," tulis Budi dalam risetnya.

Budi menghitung, pendapatan AKRA tahun ini bisa tumbuh 6,2% menjadi Rp 12,95 triliun. Rasio harga terhadap laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) AKRA tahun ini 16,8 kali.

Analis Kim Eng Securities Adi N. Wicaksono mengestimasikan, pendapatan AKRA di 2011 naik 5% menjadi Rp 13,50 triliun, dan laba bersihnya tumbuh 4% menjadi Rp 425 miliar. Volume penjualan BBM ditaksir mencapai 1,8 juta kl, dan PER 13,3 kali.

Ketiga analis merekomendasikan beli saham AKRA. Yualdo dan Budi sama-sama pasang target harga Rp 1.900 per saham. Sedang Adi menargetkan Rp 2.200 per saham. Harga saham AKRA, Selasa (12/4), melemah 1,35% menjadi Rp 1.460 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini