Laba anti-kendor Erajaya berkat ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri. Mulai pertengahan Oktober ini, emiten berkode ERAA ini mendirikan anak usaha baru di Singapura, bernama Erajaya Swasembada Pte Ltd. Analis melihat, langkah ini menunjukkan kepercayaan diri distributor gawai ini membuka pasar internasional.

Anak usaha baru tersebut menjalankan usaha distribusi dan ritel. Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, ekspansi yang dilakukan ERAA menunjukkan potensi permintaan di negara tersebut sangat besar. "Artinya, demand growth di Singapura cukup tinggi, maka diharapkan bisa memberikan kontribusi positif untuk ERAA, terutama dari sisi penjualannya," jelas Reza kepada KONTAN, Rabu (25/10).

Bahkan, ke depannya, Reza meyakini ERAA bisa saja memperluas cakupan pasar hingga ke negara lain, seperti Thailand, Filipina, Myanmar dan Laos yang ekonominya terus tumbuh.


Sebelumnya, ERAA telah memiliki anak usaha langsung di Singapura sejak 2015, yakni Era International Network Pte Ltd. Ada juga anak usaha di Malaysia, yakni Era International Network Sdn Bhd. Tak cuma itu, lewat PT Erafone Artha Retailindo, ERAA pun memiliki CG Computers Sdn Bhd di Malaysia sejak 1995.

Meski begitu, Analis Danareksa Sekuritas Adeline Soelaiman melihat kontribusi dari ekspansi ke pasar internasional terhadap pendapatan keseluruhan ERAA masih sangat minim. "Meski ekspansi, tapi kontribusinya terhadap pendapatan masih benar-benar minor," jelas Adeline kepada KONTAN.

Proyeksi pendapatan

Adeline mengatakan, pendorong utama pertumbuhan kinerja ERAA terutama terletak pada penjualan domestiknya. Menurut Adeline, iklim pasar ritel dan gerai fisik Erajaya hingga tahun 2018 masih positif, di tengah persaingan e-commerce. Outlook bisnis ERAA di 2018 nanti, menurut Adeline, masih oke.

Ia melihat proyeksi pendapatan emiten ini hingga akhir tahun ini berpotensi mencapai Rp 22,5 triliun. Sedangkan tahun depan, ERAA diperkirakan meraup pendapatan sebesar Rp 24,6 triliun.

Sedangkan laba bersih tahun ini diprediksi mencapai Rp 303 miliar. Lalu di tahun depan, laba bersih ERAA diperkirakan tumbuh moderat menjadi Rp 339 miliar.

Mengutip laporan keuangan pada paruh pertama 2017, pendapatan ERAA mencapai Rp 11,06 triliun, naik 6,7% dari periode sama tahun lalu. Pendapatan perusahaan ini didominasi oleh penjualan telepon seluler dan tablet, yang memberikan kontribusi 79,35% terhadap total penjualan.

Walaupun besaran kontribusi dari tiap merek gadget yang dijajakan ERAA tidak dipublikasikan, Adeline meyakini Samsung menduduki peringkat tertinggi. Selanjutnya diikuti oleh merek lain, yakni Apple, Oppo dan Xiaomi.

Xiaomi dan ERAA sendiri memiliki rencana berduet membangun toko Mi Store yang bakal menjual produk-produk rumah tangga berbasis internet of things (IoT). Saat ini, sudah ada tiga toko Mi Store yang dibangun.

Manajemen Xiaomi menyebut akan terus menambah toko. "Dalam perspektif kami, margin besar yang bakal diberikan penjualan perangkat IoT ini akan memperbesar margin pendapatan ERAA," papar Richard Danasaputra, analis Bahana Sekuritas, dalam riset akhir September lalu.

Reza, Adeline dan Richard kompak memberikan rekomendasi buy pada saham ERAA. Adeline mematok target harga Rp 1.100 per saham, Reza Rp 925 per saham dan Richard Rp 1.000 per saham. Pada Rabu (25/10), harga ERAA ditutup di Rp 775 per saham, turun 1,23% dibandingkan hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati