Laba Bahana & BNI Naik, Mansek & Danareksa Turun



JAKARTA. Empat sekuritas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merilis laporan keuangan 2012. Hasilnya, Bahana dan BNI Securities mencatatkan peningkatan laba sementara laba Mandiri Sekuritas (Mansek) dan Danareksa Securities turun.Per Desember 2012, BNI Securities mencatatkan laba bersih Rp 6,99 miliar, tumbuh 108,4% dibandingkan tahun 2011, sedangkan Bahana tumbuh 115,56% menjadi Rp 41,52 miliar. Di 2011, kedua sekuritas ini mencatatkan kerugian.Penopang kinerja BNI Securities adalah kenaikan pendapatan usaha sebesar 31%, menjadi Rp 121,62 miliar. Peningkatan pendapatan karena keuntungan perdagangan saham dan jasa manajemen investasi masing-masing Rp 26,85 miliar dan Rp 15,53 miliar.Kinerja Bahana Securities adalah pendapatan komprehensif yang berasal dari realisasi kerugian efek yang tersedia untuk dijual senilai  Rp 272,41 miliar. Adapun pendaptan usaha hanya tumbuh 2% menjadi Rp 178,06 miliar.Eko Yuliantoro, Direktur Utama Bahana Securities, mengatakan peningkatan kinerja karena Bahana berhasil melakukan perbaikan pada kinerja underwriting. Tahun ini Bahana menargetkan pendapatan dan laba bersih tumbuh 15%.Berbeda dengan dua saudaranya, Danareksa dan Mandiri Sekuritas mencatatkan penurunan kinerja. Laba Danareksa anjlok 71% menjadi  Rp 11,85 miliar dan laba Mandiri Sekuritas turun 58% menjadi Rp 28,56 miliar.Penurunan kinerja Danareksa akibat pendapatan usaha menurun 23% menjadi  Rp 179,32 miliar. Ini karena penurunan bisnis underwriting yang diperparah peningkatan beban usaha.Penyebab penurunan laba Mandiri Sekuritas hampir sama dengan Danareksa. Pendapatan usaha turun 14% menjadi Rp 447,57 miliar. Penurunan karena peningkatan kerugian portofolio neto sekitar Rp 3,47 miliar dan anjloknya jasa underwriting serta penjualan efek menjadi Rp 67,89 miliar.Direktur Utama Danareksa, Marciano Herman, mengatakan rendahnya pendapatan penjamin emisi karena tahun lalu Danareksa tidak banyak mengambil emisi intital public offering (IPO) atau penawaran saham perdana. Danareksa lebih mengutamakan emiten-emiten besar dengan emisi di atas Rp 800 miliar. "Sumber daya kami tidak banyak. Kami tidak mungkin melakukan penjaminan hingga 10 atau bahkan 20 penjaminan emisi," jelasnya. Tahun ini Target penjaminan emisi di bawah 10 emiten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Roy Franedya