Laba bank asing meredup 2,8% di 2012



JAKARTA. Ketika perbankan umum lokal mengalami kenaikan laba rata-rata 20%, bank-bank asing di Indonesia justru kebalikan. Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Desember 2012 mencatat, laba bersih bank asing jatuh tipis yakni 2,8%, dari Rp 5,28 triliun di 2011 menjadi Rp 5,13 triliun tahun 2012.

The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) Indonesia misalnya, membukukan kenaikan laba tipis yakni 5,8%. Pada 2011, bank ini meraih keuntungan sebesar Rp 1,19 triliun. Lalu di 2012 bertambah sedikit jadi Rp 1,26 triliun.

Deputy Chief Financial Officer HSBC Hanna Tantany mengatakan, kenaikan laba itu dikontribusi dari pertumbuhan revenue, menekan biaya operasional, dan pembersihan kualitas kredit.


Langkah benar bahwa HSBC melakukan pengetatan beban operasional di Rp 248 miliar. "Cost cuma naik 1-2% dibanding 2011," ucap Hanna.

Begitu juga dengan laba Citibank Indonesia. Menurut data Bank Indonesia (BI), bank asal Amerika Serikat ini hanya mencatat pertumbuhan laba 5,6% dari posisi Rp 1,77 triliun di 2011 menjadi Rp 1,87 triliun pada 2012.

Director of Retail Investment & Consumer Treasury Head Citibank Indonesia Harsya Prasetyo pernah menyatakan bahwa 2012 merupakan tahun yang berat bagi Citibank. Ini karena adanya sanksi dari BI selama setahun untuk tidak melayani nasabah baru wealth management.

Dana Pihak Ketiga (DPK) Citibank hanya naik 9% dari Rp 38,1 triliun menjadi Rp 41,9 triliun. Bahkan, deposito tercatat mengalami penurunan 6,25%. Pada 2011, simpanan berjangka sejumlah Rp 12,8 triliun. Lalu menyusut sedikit jadi Rp 12 triliun.

“Tahun lalu ada saham spread compression dari segi DPK. Jadi spread revenue kita terkompres,” sebut Harsya.

Namun, tahun 2012 ternyata lebih berat bagi Standard Chartered. Laba bank yang menjadi sponsor klub sepak bola Inggris Liverpool ini amblas 17,9%, dari Rp 352,8 miliar ke posisi Rp 289,3 miliar.

Meski laba ini menurun, kredit dan DPK yang dibukukan meningkat. Penyaluran kredit tumbuh 21,4% dari Rp 25,6 triliun menjadi Rp 31,1 triliun. DPK juga naik meski hanya 6%, yaitu dari Rp 24,7 triliun jadi Rp 26,2 triliun.

Ruang gerak bank asing terbatas

Ekonom Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko menilai, tidak cemerlangnya bank-bank asing di Indonesia ini karena ruang gerak bank asing makin terbatas. "Yang lebih bergeliat di daerah itu bank lokal," ucapnya ketika dihubungi KONTAN, Jumat, (8/3).

Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianti memprediksi, tahun ini laba bank asing masih akan mengalami perlambatan. Penyebabnya, adalah pemberlakuan regulasi terhadap bank asing yang semakin ketat.

Ia menilai, bila bank asing ingin menumbuhkan laba lebih tinggi, maka perlu melakukan diferensiasi produk terhadap bank lokal. Seperti melakukan Foreign Direct Investment (FDI) atau juga suplai likuiditas dollar. "Harus pintar mencari inovasi," ujarnya pada KONTAN, Jumat, (8/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: