Laba Bank BRI (BBRI) Turun 9,12% Nov 2025, Analis Sebut Layak Investasi, Mengapa?
Rabu, 24 Desember 2025 07:10 WIB
Oleh: Avanty Nurdiana, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) belum menunjukkan perbaikan kinerja hingga November 2025. Namun analis menilai saham BBRI memiliki prospek cerah untuk investasi. Sepanjang sebelas bulan pertama tahun ini, bank pelat merah ini hanya mengantongi laba bank only sebesar Rp 45,44 triliun, turun 9,12% secara tahunan atau year on year (YoY). Penurunan laba bersih disebabkan karena pendapatan bunga bersih hanya tumbuh tipis, ditambah pendapatan non bunga mengalami kontraksi dan biaya pencadangan masih meningkat.
Baca Juga: Merger Belum Berhasil Bangkitkan Harga Saham MORA, Apakah Masih Layak Investasi? Mengutip laporan bulanan BRI per November 2025, Selasa (23/12/2025), pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) perseroan sepanjang Januari-November hanya naik 2,5% secara tahunan menjadi Rp 103,4 triliun. Ini sejalan dengan minimnya kenaikan pendapatan bunga atau hanya sebesar 1,26%. Sedangkan beban bunga sudah menyusut 1,37% YoY. Adapun biaya provisi atau beban pencadangan bank berkode saham BBRI ini meningkat 6,52% secara tahunan menjadi Rp 37,84 triliun. Sementara pendapatan non bunga menurun 5,42% menjadi hanya Rp 47,82 triliun. Dari sisi fungsi intermediasi, BRI mencatatkan outstanding kredit per November 2025 tumbuh 7,16% secara tahunan menjadi Rp 1.306,5 triliun. Tahun ini, BRI menargetkan kredit tumbuh di kisaran 7%-9%. Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 1.459,9 triliun atau tumbuh 5,28% YoY. Tonton: Superbank (SUPA) Catat Laba Rp 122,4 Miliar Hingga November 2025 Rekomendasi Saham BBRI Jeffrosenberg Chenlim Analis Maybank Sekuritas Indonesia menganalisa saham BBRI sangat layak investasi. Menurutnya, Bank BRI memiliki prospek kinerja yang cerah pada periode mendatang. Saat ini, likuiditas perbankan di dalam negeri dalam kondisi longgar. Ini menjadi modal positif bagi sektor perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit ke depan. Secara umum, pertumbuhan kredit perbankan hingga November 2025 tercatat naik 7,7% secara tahunan. Kredit investasi menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 17,8% secara tahunan, disusul kredit konsumsi yang tumbuh 7,2% secara tahunan. Sementara itu, kredit modal kerja menunjukkan pertumbuhan terbatas sebesar 2,5% secara tahunan. Meski begitu, menurut Jeffrosenberg permintaan kredit korporasi dinilai masih menunggu momentum penurunan suku bunga. "Pelaku usaha diperkirakan akan lebih aktif setelah kebijakan insentif likuiditas makroprudensial dari Bank Indonesia yang mendorong penurunan suku bunga kredit mulai berlaku pada 1 Desember 2025,” terang dia dalam riset. Secara keseluruhan, dia memperkirakan, pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2025 diperkirakan berada di kisaran 7%–8%. Sementara itu, pertumbuhan simpanan perbankan tetap terjaga di atas 11% secara tahunan sejak September 2025. Pada November 2025, DPK tumbuh 12% secara tahunan, memperkuat kondisi likuiditas industri perbankan. Penurunan LDR menjadi 84% dari 88,6% pada akhir 2024 mencerminkan meredanya persaingan pendanaan antarbank. "Kondisi likuiditas yang membaik ini diperkirakan menekan biaya dana (cost of fund) di pasar,” papar Jeffrosenberg. Penurunan biaya pendanaan tersebut diharapkan mampu mengimbangi penurunan imbal hasil kredit, sehingga margin perbankan tetap terjaga relatif stabil. Memasuki tahun 2026, Jeffrosenberg memperkirakan pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat, didorong oleh tiga faktor utama, yakni tren penurunan suku bunga, peningkatan penyaluran kredit bersubsidi pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta implementasi program koperasi desa. "Berbagai program tersebut diperkirakan memberikan efek berganda (trickle-down effect) bagi perekonomian, khususnya pada segmen masyarakat berpendapatan rendah,” terang Jeffrosenberg. Dengan likuiditas yang semakin kuat, perbankan nasional dinilai memiliki kapasitas yang memadai untuk menopang permintaan kredit yang lebih tinggi pada tahun 2026. Maybank Sekuritas rekomendasi buy saham BBRI dengan target harga Rp 4.900 per saham. Pada perdagangan Selasa 23 Desember 2025, harga saham BBRI terhenti di level 3.770 naik 10 poin atau 0,27%. Sebulan terakhir, harga saham BBRI terakumulasi melemah 210 poin atau 5,28%.
Jumlah PHK Tembus 79.302 hingga November 2025, KSPN: Masih Akan Terus Berlangsung