Laba Bank Ekonomi anjlok 25%



JAKARTA. PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK) perlu bekerja lebih keras tahun 2012 ini. Alasannya, laporan keuangan 2011 tak terlalu menggembirakan. Keuntungan bersih selama 2011 anjlok hingga 25% menjadi Rp 326 miliar dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp 396 miliar.

Chief Human Resources Officer Bank Ekonomi, Endy Abdurrahman mengklaim, penurunan laba itu disebabkan karena naiknya biaya investasi perusahaan. Bank dengan kode saham BAEK ini mengaku bahwa penurunan tersebut tak terlalu mengagetkan. Sebab, biaya investasi yang menggerus laba bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM), teknologi, sistem dan infrastruktur.

"Kenaikan biaya investasi ini tidak dapat dihindari untuk mendukung strategi bisnis perusahaan," ucap Endy, Jumat (16/3). Bank Ekonomi mencatat kenaikan beban operasional sebesar 15% menjadi Rp 779 miliar pada Desember 2011 dari periode yang sama di tahun sebelumnya yakni Rp 695 miliar. Dalam komponen ini, kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) pada kredit melonjak 616% menjadi Rp 24 miliar dari Rp 3 miliar. Sedangkan, pendapatan operasional selain bunga turun 3,4% menjadi Rp 194 miliar dari Rp 201 miliar. Meskipun laba turun namun pertumbuhan penyaluran kredit tetap terjadi. Bank Ekonomi mencatat kenaikan kredit sebesar 27% menjadi Rp 14 triliun dari Rp 11 triliun. Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hanya naik 11% menjadi Rp 20 triliun dari Rp 18 triliun. Sumber dana tersebut, paling mendominasi masih dari deposito sebesar Rp 8 triliun, sedangkan tabungan Rp 7 triliun dan giro Rp 4 triliun. Dengan pertumbuhan kredit lebih tinggi daripada DPK maka rasio simpanan terhadap pinjaman (loan to deposit ratio/LDR) bank Ekonomi naik menjadi 70% di tahun 2011 dari tahun lalu 62%. Dengan pertumbuhan kredit di atas, pendapatan bunga berhasil terangkat 4,5% menjadi Rp 1,53 triliun dari Rp 1,46 triliun. Pendapatan bunga ini berasal dari tingkat bunga kredit yang diberikan kepada debitur, adapun rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) bank Ekonomi ini masih tercatat double digit. Misalnya, untuk periode Maret 2012, bunga kredit korporasi sebesar 10,19%, kredit ritel 10,19% dan kredit konsumsi khusus kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 10,19%. Meskipun masih double digit, namun bunga kredit ini sudah mengalami penurunan 0,13 basis point (bps) dari tingkat SBDK bulan Januari seluruhnya 10,32%. Sementara beban bunga naik 7,2% menjadi Rp 619 miliar dari Rp 577 miliar. Jika dirinci, kenaikan ini terjadi karena beban bunga dalam rupiah naik dari Rp 552 miliar menjadi Rp 598 miliar, sedangkan beban bunga valuta asing turun dari Rp 25 miliar menjadi Rp 20 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: