KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (
BJTM) atau Bank Jatim mencatatkan penurunan laba 11,67% secara tahunan atau
year on year (yoy) pada semester I-2023. Tercatat laba bersih Bank Jatim hanya Rp 720,14 miliar. Jumlah itu susut dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 815,36 miliar. Penyusutan laba seiring dengan penurunan pendapatan bunga bersih atau
net interest income (NII) sebesar 1,26% yoy menjadi Rp 2,34 triliun pada Juni 2023. Sejumlah beban pun naik, seperti beban tenaga kerja naik 7,20% dari Rp 658,44 miliar pada Juni 2022 menjadi Rp 705,83 miliar pada Juni 2023. Beban promosi juga terlihat meningkat 10,97% dari Rp 27,35 miliar pada periode enam bulan pertama 2022 menjadi Rp 30,35 miliar pada Juni 2023.
Hal ini pun salah satunya membuat rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) bank melesat 95 basis poin (bps) ke level 75,65% pada semester I/2023 dari 74,7% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio imbal balik ekuitas atau
return on equity (ROE) bank pun pada akhirnya menurun 398 bps menjadi 13,6%, dan rasio imbal balik aset atau
return on asset (ROA) Bank Jatim pun turun 14 bps menjadi 1,91%.
Baca Juga: Simak Jadwal Pembayaran Dividen Bank Jatim (BJTM) Dengan Yield 7,37% Direktur Utama BJTM Busrul Iman menyampaikan, perlambatan kinerja pada semester I-2023 ini salah satunya karena terjadinya kenaikan suku bunga yang cukup tinggi yang pada akhirnya membuat perseroan lebih efisien terhadap pendanaan. "Kita ketahui bahwa dalam beberapa periode terakhir ini suku bunga cenderung tinggi, pada periode-periode sebelumnya kami memiliki struktur funding yang tidak ideal sehingga akhirnya strategi kami adalah bagaimana melakukan restruktur kembali terhadap funding ini, di mana akan lebih mengacu kepada CASA sehingga tentu saja nantinya akan kami dorong semakin efisien dan semakin berkurang," ungkap Busrul saat paparan kinerja Bank Jatim, Selasa (25/7). Di sisi lain, Bank Jatim berhasil mencatatkan peningkatan penyaluran kredit sebesar 13,02% yoy menjadi Rp 49,21 triliun dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 43,54 triliun. Kenaikan kredit ditopang dari kredit komersial & SME yang tumbuh 25,55% menjadi Rp 20,04 triliun, dan kredit konsumer yang tumbuh 5,77% menjadi 29,16 triliun pada semester I-2023 ini. Rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) gross Bank Jatim tercatat membaik turun 132 bps dari 4,12% pada Juni 2022 menjadi 2,8% pada Juni 2023. Namun, NPL nett meningkat 17 bps dari 0,99% per Juni 2022 menjadi 1,16% per Juni 2023. Aset bank pun terlihat turun 5,43% yoy dari Rp 108,92 triliun pada semester I/2022 menjadi Rp 103 triliun pada semester I tahun ini. Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) bank susut 12,91% menjadi Rp 82,64 triliun. "Kenapa aset menurun karena kami begitu selektif terhadap dana murah maka aset pun turun, aset turun ini kami imbangi dengan pengembangan outstanding yang cukup tinggi sehingga pada semester I ini kami memiliki komposisi indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan periode-periode di tahun sebelumnya," kata Busrul.
Dana murah atau
current account savings account (CASA) bank memang terlihat turun 7% yoy menjadi Rp 47,53 triliun.
Busrul menjelaskan, kredit perseroan terlihat sudah
on the track untuk skala mikro dan ritel, kedepan perseroan tinggal mendorong pada sektor menengah dan korporasi. Selain itu fokus perseroan di tahun ini yakni, mendorong peningkatan CASA. Karena kata Busrul bagaimanapun CASA ini menjadi lebih efisien baik itu di sisi akuisisi. "Berikutnya kami perlu peningkatan
fee based income (FBI) termasuk
recovery rate, sehingga dengan penurunan kualitas pinjaman menjadi lebih efisien dan mampu meningkatkan profit yang kami canangkan kira-kira di akhir tahun ini laba sebelum pajak bisa meningkat 5%-6%," tuturnya. Di sisi lain, Busrul menyebut, secara makro ekonomi inflasi relatif rendah, dan ekonomi pun masih tumbuh di atas 5% kemudian nilai tukar juga relatif stabil, kondisi makro itu pada akhirnya mendorong demand dari masyarakat untuk pembiayaan tumbuh dengan baik. Sehingga dengan situasi seperti itu pihaknya optimistis bahwa pada akhir tahun nanti untuk pertumbuhan kredit bisa capai 12%-13%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari