Laba Bank Mayapada susut 7,38% di akhir kuartal III 2018, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyusutan margin bunga menunjukkan imbasnya pada kinerja akhir kuartal III-2018 PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA). Bank milik konglomerat Tahir ini mengalami penurunan laba bersih di periode tersebut. 

Akhir September, Bank Mayapada membukukan laba Rp 757,06 miliar, turun 7,38% year on year (yoy) dari periode yang sama akhir tahun 2017 sebelumnya Rp 817,41 miliar.

Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengatakan, penurunan laba dikarenakan adanya penyusutan net interest margin (NIM). Namun, perusahaan tidak dapat mengimbangi dengan kenaikan pertumbuhan pendapatan non-bunga maupun fee based income.


"Yang pasti NIM turun dan tidak bisa diimbangi dengan kenaikan pendapatan non-bunga. Sehingga, kami terus berusaha untuk meningkatkan fee income di samping juga meningkatkan efisiensi operasional bank," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (30/10).

Kendati menurun, bank bersandi emiten MAYA ini berharap setidaknya laba bersih bisa dijaga stagnan (tidak negatif) pada tahun ini. Meski demikian, hal tersebut dinilai agak sulit mengingat waktu yang terbilang singkat ditambah adanya tekanan dari sisi return on asset (ROA) perseroan.

"Waktunya sudah mepet, jadi sebaiknya kami tidak bicara target lagi. Namun kerja maksimal saja supaya rasio finansial jadi lebih baik," tuturnya.

Memang bila ditelisik dari rasio keuangan per September 2018, NIM Bank Mayapada sedikit mengalami penurunan menjadi 4,12% dari tahun sebelumnya 4,23%. Hal serupa juga terjadi pada ROA perseroan yang susut menjadi 1,26% per kuartal III 2018 dari periode tahun sebelumnya 1,87%.

Belum lagi, rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) gross yang meningkat 4,5%. Posisi ini jauh lebih tinggi dari September 2017 lalu yang terbilang rendah di 2,18%.

Meski begitu, kinerja Bank Mayapada masih mencatatkan peningkatan cukup signifkan dari sisi intermediasi. Penyaluran kredit per September 2018 tercatat mencapai Rp 63,11 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 17,78% secara year on year dari Rp 53,58 triliun. 

Berkat pertumbuhan kredit tersebut, total aset perseroan juga terkerek naik di level 18,25% secara yoy menjadi Rp 83,15 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga masih mengalami pertumbuhan dua digit dari Rp 60,22 triliun menjadi Rp 69,4 triliun di kuartal III 2018 atau tumbuh 15,24% secara yoy.

  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia