KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi Covid-19 memang sudah berdampak ke perlambatan kinerja perbankan secara menyeluruh. Pasalnya, dengan meningkatnya risiko akibat perlambatan ekonomi, perbankan diharuskan untuk memupuk pencadangan lebih jumbo dari kondisi normal. Praktis, hal ini pun membuat pertumbuhan laba bersih perbankan menjadi tersendat. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia ini pun membukukan laba bersih menurun 4,8% secara year on year (yoy) menjadi Rp 12,24 triliun pada semester I 2020. Pasalnya sampai bulan Juni, 2020 BCA harus mengeluarkan biaya pencadangan alias provisi cukup jumbo menyentuh Rp 6,54 triliun atau naik 167,3% (yoy). Nah, bila tidak menghitung pencadangan, sebenarnya BCA masih mencatatkan laba (sebelum pencadangan) naik 15,8% yoy menjadi Rp 21,53 triliun.
Laba BCA turun 4,8% di semester I-2020, begini kata analis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi Covid-19 memang sudah berdampak ke perlambatan kinerja perbankan secara menyeluruh. Pasalnya, dengan meningkatnya risiko akibat perlambatan ekonomi, perbankan diharuskan untuk memupuk pencadangan lebih jumbo dari kondisi normal. Praktis, hal ini pun membuat pertumbuhan laba bersih perbankan menjadi tersendat. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia ini pun membukukan laba bersih menurun 4,8% secara year on year (yoy) menjadi Rp 12,24 triliun pada semester I 2020. Pasalnya sampai bulan Juni, 2020 BCA harus mengeluarkan biaya pencadangan alias provisi cukup jumbo menyentuh Rp 6,54 triliun atau naik 167,3% (yoy). Nah, bila tidak menghitung pencadangan, sebenarnya BCA masih mencatatkan laba (sebelum pencadangan) naik 15,8% yoy menjadi Rp 21,53 triliun.