Laba Bersih Adaro Energy (ADRO) Turun 36% Jadi Rp 19,36 Triliun per Kuartal III-2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan dan laba PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) kompak merosot sepanjang sembilan bulan 2023. Emiten batubara milik Garibaldi "Boy" Thohir ini meraih laba bersih sebesar US$ 1,21 miliar hingga September 2023.

Sebagai gambaran, jika dikonversi dalam kurs saat ini sebesar Rp 15.885 per dolar AS, keuntungan ADRO masih cukup jumbo, yakni setara Rp 19,36 triliun. Namun, laba bersih ADRO mengalami penurunan 36,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sekadar mengingatkan, per September 2022 lalu ADRO membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 1,90 miliar. Bottom line yang menyusut sejalan dengan penurunan dari sisi top line.


ADRO meraup pendapatan usaha sebesar US$ 4,98 miliar hingga September 2023. Merosot 15,73% dibandingkan pendapatan September 2022 sebesar US$ 5,91 miliar. Laba ADRO terpangkas seiring dengan lonjakan beban pokok pendapatan.

Baca Juga: ADRO, BUMI, BRMS, dan MAPA Masuk Indeks FTSE Global Equity Shariah

ADRO menanggung beban pokok pendapatan senilai US$ 2,99 miliar, naik 17,71% secara tahunan. Dus, laba bruto ADRO terpangkas 41,07% dari US$ 3,36 miliar pada periode sebelumnya menjadi US$ 1,98 miliar per kuartal III-2023.

Beban usaha ADRO membengkak 43,38% secara tahunan menjadi US$ 332,40 juta. ADRO juga menanggung beban lain-lain senilai US$ 36,70 juta. Hasilnya, laba usaha ADRO merosot 48,88% dari periode sebelumnya US$ 3,15 miliar menjadi US$ 1,61 miliar.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir menjelaskan secara operasional produksi dan penjualan batubara ADRO masing-masing naik 12% dan 11% menjadi 50,73 juta ton dan 49,12 juta ton. Namun, pendapatan ADRO lebih rendah seiring penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) sebanyak 25%.

"Walaupun menghadapi penurunan harga dan tekanan biaya karena inflasi, model bisnis kami yang terintegrasi tetap berkinerja baik. Kami berada di posisi yang baik untuk mencapai target 2023 berkat dukungan eksekusi yang baik di setiap bisnis. Kami berada di tempat yang tepat untuk ambil bagian pada inisiatif hilirisasi, yang menekankan komitmen terhadap pertumbuhan berkelanjutan di jangka panjang," kata Garibaldi dalam keterbukaan informasi, Selasa (31/10) malam.

Beban pokok pendapatan yang naik 17% terutama disebabkan beban royalti PT Adaro Indonesia (AI) lebih tinggi daripada pada periode yang sama tahun lalu. Biaya penambangan dan biaya pengolahan batubara juga naik karena adanya kenaikan volume. Total biaya bahan bakar pun naik 18% akibat kenaikan 33% pada konsumsi bahan bakar.

Biaya kas batubara per ton ADRO (tidak termasuk royalti) pada periode sembilan bulan 2023 naik 11% secara tahunan. Sementara itu, beban usaha naik 43%, terutama karena Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pendapatan pemerintah daerah yang masih harus dibayar, serta kenaikan cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah.

 
ADRO Chart by TradingView

Royalti kepada pemerintah naik 33% menjadi US$ 1,17 miliar dari sebelumnya US$ 882 juta. Sementara beban pajak penghasilan turun 71% menjadi US$ 332 juta dari US$ 1,16 miliar. Setelah mendapatkan IUPK-KOP pada bulan September 2022, mulai 1 Januari 2023, AI menerapkan ketentuan perpajakan dan PNBP sesuai peraturan yang berlaku.

Operasional dan Ekspansi ADRO

Secara operasional, volume produksi batubara ADRO naik 12% menjadi 50,73 juta ton per September 2023. Sementara volume pengupasan lapisan penutup naik 25% menjadi 217,43 Mbcm. Nisbah kupas tercatat 4,29 kali, naik 12% dan selaras dengan target yang ditetapkan 4,2 kali untuk full year 2023.

Volume penjualan ADRO dan anak-anak perusahaannya (Grup Adaro) per September 2023 mencapai 49,12 juta ton, meningkat 11% secara tahunan.  Pencapaian ini selaras dengan target volume penjualan tahun 2023 yang ditetapkan sebesar 62 juta – 64 juta ton.

Penjualan batu bara metalurgi melalui anak perusahaan, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), naik 38% menjadi 3,01 juta ton pada sembilan bulan 2023. ADMR mengejar target volume penjualan yang ditetapkan sebesar 3,8 juta – 4,3 juta ton pada tahun 2023.

Sebagai informasi, penjualan batubara metalurgi ADMR dipasok ke pasar Jepang sebanyak 33%, China (26%), India (20%), Indonesia (14%) dan Korea Selatan (7%). Sedangkan penjualan batubara termal Grup Adaro dipasok ke pasar dalam negeri (24%), Asia Tenggara (25%), China (22%), Asia Timur Laut (18%), dan India (12%).

Baca Juga: Adaro Power Dikabarkan Cari Pendanaan untuk Biayai Proyek PLTS

Terkait ekspansi, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) telah memilih seluruh kontraktor utama untuk konstruksi dan pemasangan smelter.

KAI telah merampungkan pembukaan lahan untuk mess permanen, pemecah gelombang jeti (coastal jetty breakwater), dan konstruksi fasilitas pendukung, pekerjaan tanah (earthworks), dan melanjutkan konstruksi fasilitas terkait infrastruktur lainnya.

Realisasi belanja modal (capex) ADRO hingga periode September 2023 mencapai US$ 473 juta. Meningkat 71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 277 juta. Pengeluaran capex sebagian besar digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan kapal, investasi awal pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, dan investasi pada infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari