JAKARTA. PT Aneka Tambang (ANTM) mencatatkan laba bersih tidak diaudit sebesar Rp 1,91 triliun pada tahun 2011. Angka itu naik 13,5% jika dibandingkan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 1,68 triliun. Kenaikan laba bersih perusahaan pelat merah tersebut terutama disebabkan peningkatan penjualan komoditas feronikel, bijih nikel, dan emas. Laba bersih per saham Antam pada tahun 2011 tercatat Rp 200,57 dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 176,77.“Kinerja keuangan Antam pada tahun 2011 merefleksikan peningkatan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama dan tahun 2011 juga menandai tahap lanjutan dari pertumbuhan perusahaan dengan dimulainya konstruksi proyek CGA Tayan senilai US$ 450 juta dan proyek Feronikel Halmahera Timur senilai US$ 1,6 miliar," kata Direktur Utama ANTM Alwinsyah Lubis dalam rilis yang diterima KONTAN, Rabu (29/2).Lebih lanjut, Alwin mengungkapkan, jika pada tahun 2011, nilai penjualan tidak diaudit ANTM tercatat sebesar Rp 10,3 triliun. Angka tersebut naik 18% dibandingkan tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan adanya peningkatan penjualan komoditas feronikel, bijih nikel dan emas. Komoditas feronikel menjadi kontributor terbesar pendapatan pertambangan ini pada tahun 2011 dengan menyumbang 36% dari pendapatan atau senilai Rp 3,7 triliun.Pada tahun 2011, kinerja produksi dan penjualan feronikel tercatat tertinggi sepanjang sejarah ANTM. Volume produksi feronikel pada tahun 2011 tercatat 19.690 TNi atau naik 5% dibandingkan tahun 2010. Dengan masih kuatnya permintaan, volume penjualan feronikel mencapai 19.527 TNi. Tahun lalu, harga rata-rata feronikel yang dijual ANTM turun 3% menjadi US$9,83 per pon.Sama seperti feronikel, permintaan akan bijih nikel di tahun 2011 juga masih kuat, sehingga produksi bijih nikel Antam naik 13% dibandingkan tahun 2010 menjadi 7.959.157 wmt yang terdiri dari 3.512.151 wmt bijih nikel kadar tinggi dan 4.447.006 wmt bijih nikel kadar rendah.Peningkatan produksi bijih nikel juga diikuti kenaikan volume penjualan bijih nikel di tahun 2011 yang naik 8% menjadi 6.345.742 wmt. Dengan kenaikan volume penjualan, pendapatan ANTM dari bijih nikel di tahun 2011 tercatat Rp2,5 triliun, naik 5% dibandingkan tahun 2010.Volume produksi emas pada tahun 2011 tercatat sebesar 2.667 kg yang terdiri 1.987 kg berasal dari Pongkor dan 680 kg dari Cibaliung. Volume produksi emas pada tahun 2011 turun 4% dibandingkan pencapaian tahun 2010 karena turunnya produksi emas Pongkor seiring dengan penurunan kadar bijih emas yang di tambang. Kadar bijih emas merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol ANTM mengingat tambang Pongkor dan Cibaliung merupakan tambang emas bawah tanah.Meski ANTM mencatat penurunan produksi, tingginya permintaan menyebabkan volume penjualan emas mencapai 8.009 kg pada tahun 2011 atau naik 22% dibandingkan tahun 2010. Dengan kenaikan volume penjualan yang disertai kenaikan harga jual rata-rata emas sebesar 32% dibandingkan tahun 2010 menjadi US$ 1.620,44 per toz, pendapatan dari komoditas emas mencapai Rp3,7 triliun atau naik 56% dibandingkan tahun 2010.Tak heran jika laba kotor ANTM pada tahun 2011 tercatat naik 3% dibandingkan tahun 2010 menjadi Rp 3 triliun, menyusul kenaikan harga pokok penjualan sebesar 26% menjadi Rp 7,32 triliun yang sebagian besar disebabkan kenaikan biaya bahan/pembelian logam mulia seiring dengan peningkatan permintaan emas dalam tahun 2011.Tingkat kenaikan harga pokok penjualan yang melebihi tingkat kenaikan penjualan menjadikan marjin kotor perusahaan tercatat 29% dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 34%. Laba usaha ANTM pun mencatat kenaikan sebesar 1% menjadi Rp 1,99 triliun dibandingkan Rp 1,97 triliun pada tahun 2010 sehingga marjin usaha perusahaan tercatat 19% dibandingkan tahun 2010 sebesar 22%.Struktur keuangan Antam pada tahun 2011 tercatat sangat kuat. Perusahaan memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 5,6 triliun, naik 33% dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah Rp 4,2 triliun. Di tahun 2011, ANTM membukukan obligasi berdenominasi rupiah senilai Rp 3 triliun yang diterbitkan pada akhir tahun 2011 yang sebagian besar akan digunakan untuk mendanai proyek modernisasi dan optimasi pabrik feronikel Pomalaa.
Laba bersih ANTM di 2011 mencapai Rp 1,91 triliun
JAKARTA. PT Aneka Tambang (ANTM) mencatatkan laba bersih tidak diaudit sebesar Rp 1,91 triliun pada tahun 2011. Angka itu naik 13,5% jika dibandingkan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 1,68 triliun. Kenaikan laba bersih perusahaan pelat merah tersebut terutama disebabkan peningkatan penjualan komoditas feronikel, bijih nikel, dan emas. Laba bersih per saham Antam pada tahun 2011 tercatat Rp 200,57 dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 176,77.“Kinerja keuangan Antam pada tahun 2011 merefleksikan peningkatan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama dan tahun 2011 juga menandai tahap lanjutan dari pertumbuhan perusahaan dengan dimulainya konstruksi proyek CGA Tayan senilai US$ 450 juta dan proyek Feronikel Halmahera Timur senilai US$ 1,6 miliar," kata Direktur Utama ANTM Alwinsyah Lubis dalam rilis yang diterima KONTAN, Rabu (29/2).Lebih lanjut, Alwin mengungkapkan, jika pada tahun 2011, nilai penjualan tidak diaudit ANTM tercatat sebesar Rp 10,3 triliun. Angka tersebut naik 18% dibandingkan tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan adanya peningkatan penjualan komoditas feronikel, bijih nikel dan emas. Komoditas feronikel menjadi kontributor terbesar pendapatan pertambangan ini pada tahun 2011 dengan menyumbang 36% dari pendapatan atau senilai Rp 3,7 triliun.Pada tahun 2011, kinerja produksi dan penjualan feronikel tercatat tertinggi sepanjang sejarah ANTM. Volume produksi feronikel pada tahun 2011 tercatat 19.690 TNi atau naik 5% dibandingkan tahun 2010. Dengan masih kuatnya permintaan, volume penjualan feronikel mencapai 19.527 TNi. Tahun lalu, harga rata-rata feronikel yang dijual ANTM turun 3% menjadi US$9,83 per pon.Sama seperti feronikel, permintaan akan bijih nikel di tahun 2011 juga masih kuat, sehingga produksi bijih nikel Antam naik 13% dibandingkan tahun 2010 menjadi 7.959.157 wmt yang terdiri dari 3.512.151 wmt bijih nikel kadar tinggi dan 4.447.006 wmt bijih nikel kadar rendah.Peningkatan produksi bijih nikel juga diikuti kenaikan volume penjualan bijih nikel di tahun 2011 yang naik 8% menjadi 6.345.742 wmt. Dengan kenaikan volume penjualan, pendapatan ANTM dari bijih nikel di tahun 2011 tercatat Rp2,5 triliun, naik 5% dibandingkan tahun 2010.Volume produksi emas pada tahun 2011 tercatat sebesar 2.667 kg yang terdiri 1.987 kg berasal dari Pongkor dan 680 kg dari Cibaliung. Volume produksi emas pada tahun 2011 turun 4% dibandingkan pencapaian tahun 2010 karena turunnya produksi emas Pongkor seiring dengan penurunan kadar bijih emas yang di tambang. Kadar bijih emas merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol ANTM mengingat tambang Pongkor dan Cibaliung merupakan tambang emas bawah tanah.Meski ANTM mencatat penurunan produksi, tingginya permintaan menyebabkan volume penjualan emas mencapai 8.009 kg pada tahun 2011 atau naik 22% dibandingkan tahun 2010. Dengan kenaikan volume penjualan yang disertai kenaikan harga jual rata-rata emas sebesar 32% dibandingkan tahun 2010 menjadi US$ 1.620,44 per toz, pendapatan dari komoditas emas mencapai Rp3,7 triliun atau naik 56% dibandingkan tahun 2010.Tak heran jika laba kotor ANTM pada tahun 2011 tercatat naik 3% dibandingkan tahun 2010 menjadi Rp 3 triliun, menyusul kenaikan harga pokok penjualan sebesar 26% menjadi Rp 7,32 triliun yang sebagian besar disebabkan kenaikan biaya bahan/pembelian logam mulia seiring dengan peningkatan permintaan emas dalam tahun 2011.Tingkat kenaikan harga pokok penjualan yang melebihi tingkat kenaikan penjualan menjadikan marjin kotor perusahaan tercatat 29% dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 34%. Laba usaha ANTM pun mencatat kenaikan sebesar 1% menjadi Rp 1,99 triliun dibandingkan Rp 1,97 triliun pada tahun 2010 sehingga marjin usaha perusahaan tercatat 19% dibandingkan tahun 2010 sebesar 22%.Struktur keuangan Antam pada tahun 2011 tercatat sangat kuat. Perusahaan memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 5,6 triliun, naik 33% dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah Rp 4,2 triliun. Di tahun 2011, ANTM membukukan obligasi berdenominasi rupiah senilai Rp 3 triliun yang diterbitkan pada akhir tahun 2011 yang sebagian besar akan digunakan untuk mendanai proyek modernisasi dan optimasi pabrik feronikel Pomalaa.