KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bakrie & Brothers Tbk (
BNBR) melaju kencang dalam laporan keuangan tahun 2022. Emiten Grup Bakrie yang bergerak di sektor industrial ini meraih laba bersih sebesar Rp 266,13 miliar. Raihan itu melesat 318% dari keuntungan yang diraih BNBR pada tahun 2021 sebesar Rp 63,67 miliar. Lonjakan bottom line BNBR didorong oleh top line yang meningkat 51,46% secara tahunan. BNBR mencetak pendapatan neto senilai Rp 3,62 triliun pada tahun 2022, dibandingkan Rp 2,39 triliun pada 2021. Merujuk laporan keuangan BNBR, segmen bisnis infrastruktur dan manufaktur menyumbang Rp 3,26 triliun, tumbuh 50,23% secara tahunan.
Segmen bisnis tersebut menyumbang 90% dari total pendapatan neto BNBR di tahun lalu. Selain itu, pendapatan BNBR berasal dari segmen jasa pabrikasi dan konstruksi sebesar Rp 217,67 miliar serta perdagangan, jasa, dan investasi sebesar Rp 148,52 miliar.
Baca Juga: Laba Usaha Bakrie & Brothers (BNBR) Meroket 1.010,5% di 2022 Presiden Direktur dan CEO BNBR Anindya Novyan Bakrie menjelaskan, sektor manufaktur menjadi salah satu penyumbang utama. Sektor otomotif juga memberikan kontribusi positif, termasuk pendapatan dari penjualan bus listrik oleh unit usaha baru, PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR). "Kinerja positif ini merupakan hasil dari sejumlah proyek strategis yang kami jalankan bersama unit-unit usaha kami," ungkap Anindya dalam keterangan resmi yang disiarkan Jumat (3/3). Pada sektor otomotif, VKTR yang membidangi industri elektrifikasi mampu meraih pendapatan sebesar Rp 147 miliar. Sedangkan unit lain yaitu PT Bakrie Autoparts (BA) membukukan Rp 154 miliar, PT Braja Mukti Cakra (BMC) sebesar Rp 151 miliar dan PT Bina Usaha Mandiri Mizusawa (BUMM) Rp 20 miliar. Direktur Keuangan BNBR Roy Hendrajanto M. Sakti menambahkan, bidang manufaktur pipa baja menjadi kontributor utama peningkatan pendapatan BNBR. Yakni dari PT Bakrie Pipe Industries (BPI) sebesar Rp 994 miliar dan PT South East Asia Pipe Industries (SEAPI) Rp 76 miliar. Dari sisi unit usaha, sejumlah entitas BNBR mencetak kinerja apik. Contohnya BPI yang mampu menorehkan pendapatan Rp 2,06 triliun, atau naik 93,1% dibanding pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,06 triliun. Pendapatan BPI melonjak seiring kenaikan permintaan dari general market sebesar Rp 578,5 miliar, dari Rp 706 miliar menjadi Rp 1,28 triliun. Diikuti juga kenaikan order dari sektor migas sebesar Rp 415,5 miliar, dari Rp 361,5 miliar menjadi Rp777 miliar. Sementara itu, pendapatan BA Group naik 38% dari Rp 679 miliar menjadi Rp 934,7 miliar, terutama didorong kenaikan volume penjualan. Kenaikan ini berasal dari wholesale ATPM khususnya Mitsubishi & Hino maupun pasar suku cadang sehubungan dengan stimulus kebijakan PPNBM 0% hingga September 2022. Permintaan atas produk casting juga turut naik. Sebagai dampak dari permintaan produk berkategori Euro-4 dan permintaan ekspor atas salah satu produk best seller Mitsubishi yaitu MPV Xpander. Sejalan dengan lonjakan pendapatan, BNBR menanggung beban pokok pendapatan senilai Rp 2,91 triliun pada tahun lalu, meningkat 47,71% secara tahunan. Dus, BNBR mencetak laba bruto sebesar Rp 716,17 miliar atau naik 69,87% secara tahunan. Total beban usaha BNBR meningkat 20,78% secara tahunan dari Rp 400,90 miliar menjadi Rp 484,24 miliar. Hasil ini mendongkrak raihan laba usaha BNBR menjadi Rp 231,92 miliar atau melesat 1.020,9% dari posisi Rp 20,69 miliar pada 2021.
Baca Juga: Bakrie & Brothers (BNBR) Menargetkan VKTR Go Public di Awal 2023 Pada tahun lalu, BNBR juga mencatatkan keuntungan atas penjualan aset tetap dan pelepasan saham entitas anak masing-masing Rp 203,03 miliar dan Rp 159,97 miliar. Pada saat yang sama, BNBR membukukan rugi selisih kurs serta beban bunga dan keuangan masing-masing Rp 154,55 miliar dan Rp 154,43 miliar. Setelah dijumlah dengan penghasilan dan beban lain-lainnya, BNBR mengantongi laba neto sebesar Rp 306,16 miliar. Melesat 252,80% dibandingkan Rp 86,78 miliar pada 2021.
Dari hasil tersebut, BNBR membukukan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 266,13 miliar, naik 318% secara tahunan. Laba per saham dasar/dilusian diatribusikan kepada pemilik entitas induk turut meningkat dari Rp 3,02 menjadi Rp 12,56. Total aset BNBR ikut melesat dari Rp 15,21 triliun menjadi Rp 17,46 triliun pada tahun 2022. Terdiri dari aset lancar Rp 14,29 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp 3,16 triliun. Tingkat liabilitas BNBR ikut terdongkrak dari Rp 13,92 triliun menjadi Rp 15,93 triliun pada tahun 2022. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 15,33 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 601,80 miliar. Ekuitas neto BNBR juga naik dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,52 triliun pada 2022. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi