Laba Bersih Bukit Asam (PTBA) Merosot 54,9%, Begini Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan laba sepanjang enam bulan pertama 2023. Emiten pertambangan batubara ini membukukan laba bersih senilai Rp 2,8 triliun pada semester pertama 2023. Realisasi ini menyusut 54,9% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 6,15 triliun.

Kinerja PTBA tersebut dinilai tidak memenuhi ekspektasi. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menilai, capaian laba bersih PTBA sedikit meleset dari ekspektasi Mirae Asset Sekuritas dan juga estimasi konsensus, yang masing-masing mewakili 39,5% dan 38,1%. Ini terjadi karena biaya tunai (cash cost) tetap relatif lebih tinggi dari perkiraan.

Di periode ini, pendapatan PTBA masih mampu tumbuh tipis 2%, dimana PTBA membukukan  pendapatan sebesar Rp 18,9 triliun.


Baca Juga: Penurunan Harga Komoditas Menekan Laba Emiten Tambang BUMN

Pendapatan PTBA ini relatif sejalan dengan estimasi Mirae Asset dan juga estimasi consensus, yang masing-masing mewakili 45% dan 48%. Volume penjualan batubara pada kuartal kedua 2023 mencapai 8,6 juta ton, membuat volume penjualan kumulatif menjadi 17,4 juta ton sepanjang semester pertama 2023 alias naik 19,2% YoY.

Namun, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) pada kuartal kedua  2023 turun 9,0% secara kuartalan dan menurun 23,5% secara tahunan menjadi Rp 1,0 juta per ton. Penurunan ASP ini mengikuti tren penurunan batubara ICI-3 yang telah turun 48% YoY di bulan Juni 2023 menjadi sekitar US$ 73 per ton.

 
PTBA Chart by TradingView

Perlu dicatat bahwa domestic market obligation PTBA saat ini mencapai 57% dari total penjualan. Realisasi ini lebih rendah dari rasio penjualan domestik terhadap ekspor yang pada awalnya sebesar 9:1. 

Secara keseluruhan, kondisi ini meningkatkan eksposur PTBA terhadap penurunan harga batubara global yang berdampak pada pendapatan Bukit Asam.

Baca Juga: Terapkan Standar GRC Tinggi, Bukit Asam (PTBA) Borong 4 Penghargaan

Rizkia mengamati bahwa selisih yang menyempit antara harga ICI-3 dan harga batubara DMO, yang masing-masing sebesar US$ 73 dan US$ 70  per ton, tidak lagi signifikan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar bagi PTBA dibandingkan penambang lainnya. Namun, dia memproyeksikan volume produksi akan meningkat secara signifikan pada kuartal ketiga ini seiring kondisi musim yang relatif lebih kering,

Oleh karena itu, Mirae Asset mempertahankan rekomendasi hold untuk PTBA dengan target harga Rp 2.875. 

“Risiko yang dihadapi meliputi keterlambatan implementasi skema badan layanan umum /Mitra Instansi Pengelola, melemahnya ASP akibat normalisasi harga batubara global, dan perubahan regulasi terkait harga batubara acuan (HBA) dan DMO,” kata Rizkia, Jumat (1/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli