Laba bersih emiten BUMN mencapai Rp 83,32 Triliun



JAKARTA. Krisis ekonomi global tak menyurutkan kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tahun ini. Sepanjang 2012, emiten pelat merah masih membukukan laba bersih secara konsolidasi, sebesar Rp 83,32 triliun.

Jumlah itu naik 19,01% dari tahun lalu sebesar Rp 70,01 triliun. Sekretaris Menteri BUMN, Wahyu Hidayat, menyatakan, pencapaian itu melebihi target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2012 sebesar Rp 80,89 triliun.

Laba naik, karena kondisi ekonomi domestik yang positif sehingga kinerja emiten pun ikut terangkat. "Selain itu, kebanyakan BUMN juga diarahkan agar hemat belanja operasional sehingga laba bisa optimal," ujar Wahyu, Jumat (28/12).


Wahyu merinci, dari laba emiten sepanjang 2012, emiten BUMN perbankan mencatatkan keuntungan sebesar Rp 43,873 triliun. Sementara laba bersih emiten nonperbankan Rp 39,447 triliun.

Lonjakan signifikan terjadi di emiten perbankan, yakni tumbuh 27,63% year-on-year (yoy). Sementara, emiten nonperbankan hanya naik 10,69% yoy. Meski bertumbuh, nyatanya, emiten BUMN nonbank tidak mencapai target RKAP 2012 Rp 40,97 triliun. Wahyu bilang, penyebabnya berasal dari lesunya pertumbuhan kinerja emiten pertambangan. Total pertumbuhan laba bersih BUMN di sektor pertambangan hanya 5,1%, jauh di bawah pertumbuhan sektor lainnya, seperti perbankan dan konstruksi.

Sementara, total pendapatan emiten BUMN tahun ini Rp 387,16 triliun. Ini memenuhi 99,2% dari target RKAP tahun ini. Namun, angka ini meningkat 14,8% dari tahun lalu. Sektor perbankan menyumbang pendapatan Rp 148,26 triliun, tumbuh 16,69%.

Bukan cuma itu, aset dan ekuitas emiten BUMN juga bertumbuh. Aset emiten perbankan di 2012 Rp 1.982 triliun naik 17,86% dari tahun lalu. Sementara ekuitas naik 14,08% menjadi Rp 387,16 triliun.

Managing Partners Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kenaikan kinerja emiten BUMN memang disebabkan fundamental perusahaan bagus. Saham-saham emiten BUMN masih menjadi incaran investor karena memiliki prospek yang cerah. Misalnya saja, saham sektor konstruksi dan semen BUMN seperti PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA) dan PT Semen Gresik Tbk (SMGR).

Bukan cuma itu, tahun ini perusahaan perbankan memberikan pertumbuhan pendapatan cukup positif sehingga mampu mengerek laba bersih. "Faktor pertumbuhan ekonomi domestik yang masih tinggi juga memberikan dampak yang bagus buat BUMN terbuka," ujar Kiswoyo.

Laba emiten BUMN, kata Kiswoyo, bisa tumbuh 15%-20% tahun depan. Ini didorong dari kinerja sektor konstruksi, infrastruktur, semen, dan perbankan. Sementara sektor pertambangan masih lambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana