Laba Bersih Emiten Kimia & LPG Boy Thohir (ESSA) Merosot 90,67%, Cermati Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) mengalami penurunan kinerja sepanjang sembilan bulan 2023. Top line dan bottom line emiten yang sebelumnya bernama PT Surya Esa Perkasa Tbk ini kompak merosot.

Merujuk laporan keuangan yang terbit di Bursa Efek Indonesia (BEI), ESSA mengantongi pendapatan senilai US$ 232,63 juta hingga September 2023. Jumlah itu terpangkas 58,23% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu senilai US$ 557,03 juta.

Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan ESSA mengalami penurunan 38,34% secara tahunan menjadi US$ 184,26 juta. Setelah dijumlah, ESSA meraup laba kotor sebesar US$ 48,37 juta atau turun 81,26% dibandingkan kuartal III-2022 senilai US$ 258,16 juta.


Meski sejumlah pos beban berhasil ditekan, namun tak menghindarkan ESSA dari penurunan bottom line yang cukup signifikan. ESSA mencatatkan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 9,76 juta hingga September 2023.

Baca Juga: Pendapatan ESSA Industries Indonesia (ESSA) Merosot 58% di Kuartal III 2023

Sebagai gambaran saja, jika dikonversi menggunakan kurs saat ini senilai Rp 15.735 per dolar AS maka laba bersih ESSA per kuartal III-2023 setara dengan Rp 153,67 miliar.

Keuntungan ESSA tersebut mengalami penurunan sebanyak 90,67% dibanding laba bersih yang dicapai pada kuartal III-2022 sebesar US$ 104,64 juta.

Corporate Secretary ESSA Shinta D. U. Siringoringo mengungkapkan posisi EBITDA dalam periode sembilan bulan 2023 juga mengalami penurunan sekitar 75% menjadi US$ 66,1 juta.

Adapun, penurunan pendapatan ESSA terutama akibat harga komoditas yang lebih rendah dan penghentian sementara Pabrik Amoniak untuk pemeliharaan terjadwal yang dilakukan pada kuartal I-2023.

"ESSA terus fokus pada pengurangan biaya yang dapat dikendalikan dan meningkatkan operasional yang handal," kata Shinta dalam keterbukaan informasi, Rabu (18/10).

Baca Juga: Sektor Infrastruktur yang Didukung Saham BREN Menyokong Kenaikan IHSG Hari Ini

Dia membeberkan, harga realisasi amoniak ESSA mengalami penurunan 58% menjadi rata-rata US$ 378 per metrik ton pada kuartal III-2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini dipicu oleh penurunan harga komoditas global yang dimulai pada awal 2023 sebagai akibat dari permintaan yang menurun setelah kenaikan level harga pada tahun 2022.

Menurut  Shinta, harga amoniak global tampak mencapai titik terendah pada Mei 2023. Namun selanjutnya menunjukkan tren yang kuat untuk meningkat. "Harga telah meningkat secara signifikan dan telah diperdagangkan di atas level normal sejak akhir September 2023," imbuh Shinta.

Pasokan global tetap ketat di tengah kebangkitan permintaan komoditas di Asia Timur & China, sementara Eropa terus bergulat dengan tantangan dari fluktuasi dan kenaikan harga gas.

Baca Juga: ESSA Mengumumkan Perubahan yang Menarik: Nama Baru Perseroan dan Perubahan Manajemen

ESSA memperkirakan harga amoniak akan tetap pada level yang tinggi, mengingat harga komoditas telah meningkat dengan bertambahnya ketidakpastian geopolitik. 

Shinta mengungkapkan, saat ini ESSA sedang melakukan studi kelayakan Tahap II untuk Blue Ammonia. Kata dia, produk ini dapat memainkan peran penting untuk masa depan proyek – proyek dekarbonisasi.

"ESSA tetap teguh untuk meningkatkan kehandalan manufaktur, kelestarian lingkungan, dan adaptasi terhadap kebutuhan industri yang terus berkembang," tandas Shinta.

Baca Juga: IHSG Naik 0,15% ke 6.945 di Sesi I Jumat (13/10), HRUM, BRPT, ESSA Top Gainers LQ45

Meski mengalami penurunan kinerja, tapi harga ESSA masih bergerak di zona hijau hingga pukul 15:06 WIB, Rabu (18/10). Dalam rentang waktu itu, ESSA naik 2,07% ke level harga Rp 740 per saham. 

Merujuk laporan bulanan registrasi pemegang efek per September 2023, Garibaldi "Boy" Thohir menjadi pemerima manfaat akhir dari kepemilikan saham (ultimate beneficial ownership) ESSA, bersama dengan Chander Vinod Laroya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli