KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten yang bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan minyak kelapa sawit kompak mencatat penurunan laba. Melansir dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa emiten sawit seperti Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) telah melaporkan laporan keuangan mereka di semester I-2023. Ketiganya kompak mencatatkan penurunan laba bersih dan pendapatan selama semester I-2023.
NSSS misalnya, mencatatkan laba bersih Rp56,796 miliar di semester I-2023, turun 31,64% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 87,46 miliar. Pendapatan dari penjualan juga menurun 10,28% menjadi Rp532,11 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 595,37 miliar.
Baca Juga: Harga CPO Fluktuatif, Penjualan Sampoerna Agro (SGRO) Turun 3% di Semester I-2023 Kemudian AALI, laba bersihnya turun 54,58% menjadi Rp 367,57 miliar di semester I-2023. Pendapatan dari penjualan sebesar Rp9 ,39 triliun pada periode Januari-Juni 2023 atau turun 14,35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp10,96 triliun. Lalu, SGRO yang laba bersih semester I-2023 turun 60,62% menjadi Rp 212,26 miliar dari sebelumnya semester I-2022 adalah sebesar Rp 539,13 miliar. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, penurunan kinerja emiten kelapa sawit ini akibat dari biaya produksi yang naik seperti pupuk, dan biaya karyawan. "Sementara harga turun dan ekspor pun melemah. Supply minyak nabati di luar minyak sawit juga naik, ini juga menekan harga minyak sawit,” jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (28/07).
Baca Juga: Penyaluran Dana Bagi Hasil Sawit Dimulai Awal Agustus 2023 Meski begitu, Eddy optimistis, penurunan ini tak akan terulang di kuartal III-2023 sebab stok bahan baku minyak nabati lain kemungkinan akan terjadi penurunan. “Sehingga supply nanti akan berkurang, ini tentunya akan mengangkat harga minyak nabati termasuk minyak sawit,” jelasnya. Untuk menjaga pendapatan, Eddy menyarankan para pengelola perusahaan sawit segera melakukan efisiensi untuk menekan biaya termasuk sementara menunda investasi baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi