Laba bersih emiten semen turun, begini rekomendasi analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian emiten semen mencatatkan penurunan laba bersih per kuartal I-2019. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membukukan penurunan laba bersih sebesar 34,9% secara tahunan, dari Rp 411,55 miliar menjadi Rp 268,1 miliar. Begitu juga dengan laba bersih PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang menurun 67,4% secara yoy menjadi Rp 4 miliar.

Di sisi lain, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) berhasil menekan rugi bersih sebesar 65% secara year on year (yoy). Dengan begitu, rugi SMCB berkurang dari Rp 332,37 miliar pada triwulan pertama 2018 menjadi rugi Rp 123,02 miliar pada kuartal I-2019. 

Hanya PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) yang memperoleh kenaikan laba bersih, yakni sebesar 50,2% menjadi Rp 397 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, laba bersih INTP adalah Rp 264 miliar.


Meskipun mayoritas emiten menorehkan penurunan laba bersih , keempat emiten ini mencatatkan kenaikan pendapatan pada periode tersebut. INTP misalnya, per kuartal I-2019 membukukan kenaikan pendapatan sebesar 8,5% menjadi Rp 3,73 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan perusahaan ini adalah sebesar RP 3,44 triliun. Pendapatan SMGR juga naik 22,8% secara tahunan menjadi Rp 8,12 triliun

Tak mau kalah, SMCB juga turut mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 2,8% year on year menjadi Rp 2,34 triliun. Sementara itu, pendapatan SMBR naik 7,2% secara tahunan menjadi Rp 423 miliar.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, belakangan ini kinerja emiten dalam industri semen memang menurun. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pasokan semen dibandingkan permintaannya. “Sehingga harga jual semennya menjadi turun,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/5).

Selain itu, produsen semen lokal juga kedatangan pesaing baru, yakni perusahaan Korea yang menjual semen dengan merek Conch. Menurut Chris, perusahaan tersebut menjual semen produksinya dengan harga yang sangat murah.

Oleh karena itu, menurut dia, untuk tetap bisa bersaing di pasar, produsen semen lokal membutuhkan bantuan dari pemerintah berupa pembatasan harga jual semen. “Kalau tidak, maka performa industri semen akan terus menurun,” ucap Chris.

Di sisi lain, produsen semen juga perlu menekan biaya produksinya. Dengan begitu, produsen bisa menurunkan harga jual sehingga dapat bersaing di pasar, Ia mengambil contoh INTP yang dapat meningkatkan laba bersih karena menekan biaya produksi sehingga menghasilkan margin yang lebih besar.

“Sebaliknya, untuk SMBR, SMCB, dan SMBR, marginnya masih terlalu kecil sehingga kesulitan untuk bisa bersaing secara harga,” kata dia. 

Untuk itu, ia merekomendasikan investor untuk buy INTP dengan target harga jangka panjang Rp 22.000. Per perdagangan Selasa (14/5), harga saham INTP naik 2,49% ke level Rp 19.575.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi