Laba bersih Gudang Garam (GGRM) turun 10,75% pada semester I-2020, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 10,75% secara tahunan pada semester I-2020. Alhasil, pada paruh pertama tahun ini, laba bersih GGRM hanya sebesar Rp 3,82 triliun, dari sebelumnya Rp 4,28 triliun.

Melihat laporan keuangan Gudang Garam yang dirilis Rabu (29/7), penurunan laba bersih ini disebabkan oleh biaya pokok penjualan yang lebih tinggi 5,16% year on year (yoy) menjadi Rp 44,99 triliun, dari Rp 42,79 triliun. Padahal, total pendapatan GGRM hanya tumbuh 1,72% yoy, dari Rp 52,74 triliun pada semester 1-2019 menjadi Rp 53,65 triliun pada semester 1-2020.

Baca Juga: GGRM dan HMSP Bakal Lebih Mengepul Berkat Aturan Baru

Alhasil, laba bruto GGRM terkoreksi hingga 13,02% yoy menjadi Rp 8,66 triliun dari sebelumnya Rp 9,96 triliun. Merosotnya laba bruto ini turut membawa penurunan pada laba usaha GGRM, yakni sebesar 12,63% yoy menjadi Rp 5,22 triliun.

Padahal, mayoritas beban-beban yang mempengaruhi laba usaha GGRM justru memperlihatkan perbaikan. Misalnya, beban usaha GGRM turun 12,22% yoy menjadi Rp 3,56 triliun, beban lainnya lebih rendah 87,54% yoy, dan pendapatan lainnya meningkat 23,39% yoy. Ditambah lagi, sepanjang paruh pertama 2020, GGRM memperoleh keuntungan kurs sebesar Rp 2,87 miliar dari sebelumnya rugi Rp 10,19 miliar.

Baca Juga: Volume penjualan rokok diprediksi turun 10%, simak rekomendasi saham HMSP dan GGRM

Kenaikan pendapatan GGRM terutama didorong oleh penjualan produk sigaret kretek mesin (SKM) di pasar lokal yang tumbuh 1,26% menjadi Rp 48,18 triliun dan sigaret kretek tangan (SKT) yang meningkat 11% yoy menjadi Rp 4,22 triliun. Apalagi, kontribusi masing-masing produk ini mencapai 89,8% dan 7,86% terhadap total penjualan GGRM.

Adapun aset GGRM pada semester 1-2020 bertambah 0,65% year to date (ytd) menjadi Rp 79,16 triliun. Kenaikan ini terjadi karena utang GGRM turun hingga 11,94% ytd menjadi Rp 24,41 triliun dan ekuitas GGRM naik 7,5% yoy jadi Rp 54,75 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati