Laba Bersih HEXA Anjlok 65,63% kuartal I



JAKARTA. Kinerja keuangan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) jauh dari harapan. Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2014, HEXA membukukan laba bersih senilai US$ 21,92 juta, turun 65,63% dibandingkan periode sama tahun lalu yang US$ 63,79 miliar.

Penurunan laba merupakan imbas dari melempemnya pendapatan HEXA. Di periode 1 April 2013-31 Maret 2013, HEXA meraih pendapatan senilai US$ 478,33 juta, turun 24,48% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang US$ 633,35 juta.

Sebanyak US$ 286,3 juta dari pendapatan per 31 Maret 2014 berasal dari penjualan dan penyewaan alat berat. Penjualan suku cadang turut menyumbang pendapatan senilai US$ 115,75 juta. Sementara sisanya sebanyak US$ 76,29 juta berasal dari jasa pemeliharaan dan perbaikan alat berat.  


HEXA sejatinya bisa menekan beban pokok penghasilan menjadi US$ 404,76 juta per 31 Maret 2014. Bandingkan dengan beban pokok penghasilan di periode sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 504,94 juta.

Namun, hal itu tidak cukup untuk mencegah penurunan laba kotor HEXA menjadi US$ 73,57 juta, dari 31 Maret 2013 yang US$ 128,41 juta. Laba usaha dan laba bersih HEXA kian tertekan lantaran beban penjualan maupun beban administrasi relatif sama dengan tahun lalu.

Per 31 Maret 2014, HEXA menanggung beban penjualan senilai US$ 25,24 juta, sedangkan beban umum dan administrasi tercatat US$ 17,24 juta. Sedari awal, manajemen HEXA memang sudah pesimis dengan kinerja keuangan di periode 1 April 2013-31 Maret 2014.

Kardinal Karim, Direktur Utama HEXA sebelumnya menyatakan, permintaan yang lemah dari sektor tambang membuat pendapatan dari seluruh lini bisnis perusahaan menyusut. Ia bilang, penjualan alat berat Hexindo tahun fiskal 2013 hanya akan mencapai US$ 378 juta.

Padahal, pada tahun fiskal 2012, penjualan alat berat perusahaan mencapai US$ 404 juta. Penurunan permintaan alat berat juga bakal menyeret kinerja bisnis perusahaan yang lain.

HEXA sebenarnya sudah menerapkan beberapa strategi untuk meminimalisir dampak penurunan permintaan tersebut. HEXA, antara lain, menambah tenaga penjualan di lapangan. HEXA juga mendekatkan pelayanan kepada konsumen dengan membuka fasilitas pengelasan (welding) baru di Samarinda dan membuka warehouse tambang di Banjarmasin.

Untuk menambah fasilitas dan kantor baru di daerah, HEXA mengalokasikan belanja modal US$ 15 juta di tahun fiskal 2013. 

JAKARTA. Kinerja keuangan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) jauh dari harapan. Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2014, HEXA membukukan laba bersih senilai US$ 21,92 juta, turun 65,63% dibandingkan periode sama tahun lalu yang US$ 63,79 miliar. 
Penurunan laba merupakan imbas dari melempemnya pendapatan HEXA. Di periode 1 April 2013-31 Maret 2013, HEXA meraih pendapatan senilai US$ 478,33 juta, turun 24,48% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang US$ 633,35 juta. 
Sebanyak US$ 286,3 juta dari pendapatan per 31 Maret 2014 berasal dari penjualan dan penyewaan alat berat. Penjualan suku cadang turut menyumbang pendapatan senilai US$ 115,75 juta. Sementara sisanya sebanyak US$ 76,29 juta berasal dari jasa pemeliharaan dan perbaikan alat berat.  
HEXA sejatinya bisa menekan beban pokok penghasilan menjadi US$ 404,76 juta per 31 Maret 2014. Bandingkan dengan beban pokok penghasilan di periode sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 504,94 juta. 
Namun, hal itu tidak cukup untuk mencegah penurunan laba kotor HEXA menjadi US$ 73,57 juta, dari 31 Maret 2013 yang US$ 128,41 juta. Laba usaha dan laba bersih HEXA kian tertekan lantaran beban penjualan maupun beban administrasi relatif sama dengan tahun lalu. 
Per 31 Maret 2014, HEXA menanggung beban penjualan senilai US$ 25,24 juta, sedangkan beban umum dan administrasi tercatat US$ 17,24 juta. Sedari awal, manajemen HEXA memang sudah pesimis dengan kinerja keuangan di periode 1 April 2013-31 Maret 2014. 
Kardinal Karim, Direktur Utama HEXA sebelumnya menyatakan, permintaan yang lemah dari sektor tambang membuat pendapatan dari seluruh lini bisnis perusahaan menyusut. Ia bilang, penjualan alat berat Hexindo tahun fiskal 2013 hanya akan mencapai US$ 378 juta. 
Padahal, pada tahun fiskal 2012, penjualan alat berat perusahaan mencapai US$ 404 juta. Penurunan permintaan alat berat juga bakal menyeret kinerja bisnis perusahaan yang lain. 
HEXA sebenarnya sudah menerapkan beberapa strategi untuk meminimalisir dampak penurunan permintaan tersebut. HEXA, antara lain, menambah tenaga penjualan di lapangan. HEXA juga mendekatkan pelayanan kepada konsumen dengan membuka fasilitas pengelasan (welding) baru di Samarinda dan membuka warehouse tambang di Banjarmasin. 
Untuk menambah fasilitas dan kantor baru di daerah, HEXA mengalokasikan belanja modal US$ 15 juta di tahun fiskal 2013. 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia