Laba bersih Jababeka merosot 80% sepanjang tahun lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) merosot sepanjang tahun 2017. Laba bersih perusahaan properti ini turun 80,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, pendapatan KIJA masih tumbuh 2%.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis KIJA, perusahaan kawasan industri dan properti ini hanya mampu membukakan laba bersih atau laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 84,8 miliar. Merosot 80,5% dari Rp 436,6 miliar pada tahun 2016.

Sementara total penjualan dan pendapatan konsolidasi KIJA tahun 2017 mencapai Rp 2,99 triliun pada tahun 2017. Ini masih meningkat 2% dibandingkan dengan tahun 2016.


Laba kotor KIJA turun 9% menjadi Rp 1,13 triliun dari Rp 1,24 triliun pada tahun sebelumnya karena beban pokok pendapatan yang naik. Margin laba kotor untuk tahun 2017 tercatat 38%, turun dibandingkan dengan 42% pada tahun sebelumnya.

Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan KIJA mengatakan, alasan utama penurunan ini adalah karena pembebanan dipercepat atas saldo beban pinjaman yang belum diamortisasi Rp 128 miliar. Ini adalah biaya non-tunai. Ada pula call premium expenses Rp 47 miliar, sebagai konsekuensi penebusan atas saldo obligasi senior notes sebesar US$ 91,5 juta dengan kupon 7,5% dan jatuh tempo pada tahun 2019.

"Agar dapat menebus sisa saldo obligasi (senior notes) yang jatuh tempo pada 2019 tersebut, KIJA menerbitkan obligasi kembali (tap offerings) sebesar US$ 110,85 juta dengan kupon 6,50% dan jatuh tempo pada 2023, sehingga secara total saldo obligasi 2023 tersebut menjadi sebesar US$ 300 juta," terang Muljadi dalam keterangan resmi, Sabtu (31/3).

Selain itu, penurunan laba bersih KIJA juga dipengaruhi oleh laba selisih kurs yang lebih rendah pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016. Di akhir 2017, KIJA mencatat laba selisih kurs Rp 66,4 miliar. Tahun sebelumnya, laba selisih kurs KIJA sebesar Rp 132,7 miliar.

Keuntungan selisih kurs neto tersebut merupakan jumlah bersih dari keuntungan/kerugian selisih kurs pendanaan dan keuntungan dari kontrak lindung nilai (hedging), serta keuntungan/kerugian selisih kurs operasi, yang dapat ditemukan catatan atas laporan keuangan konsolidasian pada akun beban keuangan dan pendapatan lainnya 2017.

Sepanjang tahun lalu, bisnis land development & property menyumbang pendapatan Rp 1,1 triliun atau hampir sama dengan tahun 2016. Sedangkan segmen infrastruktur menyumbang Rp 1,77 triliun atau naik 3%. Mujadi bilang, ini terutama didorong oleh peningkatan pendapatan 4% dari penjualan tenaga listrik dan peningkatan pendapatan 13% dari dry port.

Segmen leisure & hospitality membukukan peningkatan pendapatan 13% menjadi Rp 120,1 miliar pada tahun 2017, yang terutama didorong oleh kenaikan 28% dari penjualan land & villas di Tanjung Lesung.

Pendapatan berulang (recurring revenue) dari segmen infrastruktur memberikan kontribusi 59% terhadap total pendapatan baik pada tahun 2017 maupun tahun 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati