KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mencetak kinerja keuangan positif di kuartal terakhir 2020 lalu. Hingga akhir 2020 JPFA mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 647% secara kuartalan menjadi Rp 918 miliar. Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya penjualan di kuartal IV-2020 sebesar 50,2% dibanding kuartal sebelumnya, menjadi Rp 21 triliun. Segmen peternakan komersial menjadi bisnis utama yang memberi kontribusi positif, dengan kenaikan sebesar 15,8% YoY menjadi Rp 13,3 triliun sepanjang 2020. Secara tahunan, kinerja JPFA masih cenderung melemah. Pendapatan sepanjang 2020 turun 4,9% YoY menjadi Rp 36,9 triliun. Sementara laba bersih turun 31% YoY menjadi Rp 1,2 triliun.
Tapi prospek saham JPFA masih menarik. JPFA telah menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi 100% saham PT So Good Food (SGF), senilai Rp 1,2 triliun. SGF berpotensi mendorong kinerja JPFA ke depan. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki SGF. Perusahaan ini memiliki saluran pemasaran hilir yang solid, baik ke pasar tradisional maupun modern. Perusahaan ini juga memiliki teknologi dan pengalaman yang teruji. Selain itu, SGF memiliki
brand terkemuka dan rantai pasokan unggas hidup B2B yang mapan. JPFA juga melakukan ekspansi lewat kerjasama dengan Ralali.com,
e-commerce khusus
business to business (B2B). Ekspansi tersebut dilakukan untuk mendekati pasar secara langsung. JPFA menyasar konsumen kecil menengah atau UMKM. Ekspansi tersebut berpotensi meningkatkan cakupan pasar JPFA ke depan. Selain itu, harga ayam juga akan terjaga. Rata-rata harga broiler selama Januari 2021 di pulau Jawa naik menjadi Rp 18.300 per kilogram, atau naik sekitar 21,4% YoY dan 5,2% MoM. Sedangkan harga
day old chicken (DOC) bertahan di Rp 6.000-7.000 per ekor. Hal ini terjadi berkat campur tangan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga broiler dan DOC dari kejatuhan. Pemerintah membatasi produksi melalui pemusnahan dan penurunan kuota impor
grand parent stock (GPS) menjadi 600.000 untuk 2021. Di 2020 lalu, penurunan kuota mencapai 650.000. Hal ini berpotensi meningkatkan stabilitas pendapatan segmen peternakan komersial, sebagai bisnis utama JPFA. Sepanjang 2020 segmen tersebut berkontribusi sebesar 36,1% dari total penjualan JPFA. Tapi investor perlu mencermati utang JPFA. Tingkat rasio utang terhadap ekuitas (DER) sebesar 1,27 kali dan
cash ratio sebesar 0,22%.
Rasio tersebut menandakan tingkat utang yang cukup tinggi dan kemampuan menyelesaikan kewajiban jangka pendek yang cukup buruk, jika tidak diimbangi dengan
cash flow yang baik. Tapi, selama lima tahun terakhir, JPFA konsisten membagikan dividen sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Rata-rata yield lima dividen terakhir sebesar 3,8%. Saat ini JPFA diperdagangkan di PBV 1,74 kali. Angka ini berada di bawah harga wajar di rata-rata PBV lima tahunan pada level 1,93 kali. Jadi, valuasi JPFA murah, dengan
potential upside yang atraktif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Harris Hadinata